Sindiran-sindiran Jokowi kepada Warga Jakarta yang Ngeyel

Sindiran-sindiran Jokowi kepada Warga Jakarta yang Ngeyel

- detikNews
Kamis, 14 Feb 2013 09:55 WIB
Sindiran-sindiran Jokowi kepada Warga Jakarta yang Ngeyel
(dok detikFoto-ilustrasi)
Jakarta - Masalah perkotaan Jakarta memang kompleks. Gubernur DKI Jokowi bersama seluruh jajarannya kini sedang kerja maraton untuk menyelesaikannya. Tak hanya pemerintah yang harus membuat gebrakan, tapi semua warga Jakarta juga harus merubah kebiasaan-kebiasaan buruknya.

Tak jarang Jokowi menemukan warga yang tak patuh kepada kebijakannya. Beberapa kali pula pria Solo ini menyampaikan sindirannya untuk menyadarkan warganya. Seperti apa sindiran-sindiran Jokowi kepada warga yang ngeyel?


Warga Bermobil yang Tinggal di Rusun

(dok detikFoto-ilustrasi)
Jokowi menyindir warganya yang bermobil tapi tinggal di rusun yang disubsidi pemerintah. Menurutnya, mereka termasuk orang-orang yang tidak tahu malu.

"Aah itu hanya beberapa orang mampu saja yang nggak malu," ujar Jokowi di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (6/2) lalu.

Jokowi menyarankan orang yang sudah mampu dan memiliki mobil keluar dari rusun. Warga mampu harus memberi kesempatan pada mereka yang belum mampu.

Jokowi memastikan, orang yang mampu itu sebelum masuk ke rusun merupakan orang yang tidak mampu. Hal itu memang yang diharapkan agar mereka mendapatkan taraf hidup yang lebih layak.

"Sebaiknya pindah. Tapi mau gimana coba. Dulu mereka juga nggak mampu," kata Jokowi.

Warga Pluit yang Ngotot Tak Mau Pindah

(dok detikFoto-ilustrasi)
Sejumlah warga berkeras menolak meninggalkan kawasan waduk Pluit tempat tinggal mereka. Jokowi pun meminta warga menawarkan konsep pemukiman yang dapat memecahkan masalah banjir sesuai dengan harapan mereka.

"Kalian berdiri di dalam waduk, kalau nggak kita geser gimana?" kata Jokowi dalam pertemuannya dengan perwakilan warga di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (5/2).

"Gini yang paling penting jangan menyampaikan keluhan tapi kasih solusi. Tolong dibikinin konsep maunya seperti apa, nanti saya cek langsung," sambungnya.

Sukimin salah satu warga Muara Baru mengatakan kesanggupannya untuk membuat konsep pemukiman alternatif. Dia meminta waktu satu pekan dan akan menyerahkannya kepada Jokowi saat berkunjung ke Muara Baru.

"Saya minta satu minggu untuk mempersiapkan konsep Pak," katanya.

Beberapa alasan mereka menolak relokasi adalah karena jauh dari tempat kerja dan sebagian lannya sudah memiliki rumah sendiri di atas tanah Waduk Pluit.

Oknum Developer 'Mikro' yang Sewakan Lahan Waduk Pluit

(dok detikFoto-ilustrasi)
Hasil blusukan Jokowi ke Waduk Pluit mendapat temuan mengejutkan. Ternyata ada sejumlah pihak yang menyewakan lahan-lahan supaya bisa dijadikan tempat tinggal warga.

Jokowi pun menyidir pihak-pihak itu. Jokowi bahkan menyebut mereka sebagai 'developer' kelas mikro.

"Kita lihat selama ini cuma ada developer besar saja. Ternyata ada juga developer kelas mikro yang menyewakan tempat di wilayah waduk. Saya lihat ada 70 tempat. Yah saya tahu, wong saya masuk kampung," kata Jokowi di Balai Kota, Jakarta, Selasa (5/2) lalu.

Menurut Jokowi, oknum-oknum itu dengan seenaknya menyewakan lahan kepada warga. Padahal lahan itu milik negara.

"Di waduk Pluit ada developer kelas mikro yang menyewakan lahan untuk untuk dijadikan tempat tinggal," kata Jokowi.

"Tanah negara di waduk diduduki, disewakan, dibikin rumah kecil," lanjut Jokowi lagi.

Pengguna Jalan yang Saling Serobot

(dok detikFoto-ilustrasi)
Jokowi meminta agar warga mengedepankan budaya tertib berlalu lintas saat didera kemacetan parah. Bagi dia, budaya tertib berlalu lintas masyarakat dapat mengurangi kemacetan 30-40 persen.

"Di perempatan tidak saling sodok. Tapi kalau ramai ya nunggu, sehingga orang yang lewat diberi misalnya anu terlebih dahulu," kata Jokowi yang mengenakan kemeja putih dan sandal jepit ini di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat 21 Desember 2012 lalu.

Menurut dia, budaya tertib masyarakat harus dimulai dari hal yang kecil. Sopir-sopir angkutan juga diminta untuk tidak sembarangan berhenti di jalan. Pengguna angkutan umum harus naik atau turun di halte. Sopir angkutan umum juga harus menurunkan penumpang di halte. Begitu juga dengan pengguna mobil pribadi.
Halaman 2 dari 5
(sip/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads