Ahok: Banjir Pluit Tak Ada Hubungan dengan Pantai Indah Kapuk

Ahok: Banjir Pluit Tak Ada Hubungan dengan Pantai Indah Kapuk

- detikNews
Senin, 21 Jan 2013 13:28 WIB
dok detikcom
Jakarta - Banjir di kawasan Pluit, Jakarta Utara karena jebolnya tanggul Kanal Banjir Barat di Jalan Latuharhary dan matinya pompa yang membuang air di Waduk Pluit. Banjir di Pluit itu tidak ada hubungannya dengan kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) yang tidak banjir.

"Ini sungai, ini semua satu meter setengah di bawah air. Kenapa aman? Karena semua ini termasuk tol, ini semua dipompa kesini. Semua kita pakai uang sendiri untuk bendungan ini. Pantai Indah Kapuk aman? Ini sungai, ada waduk-waduknya, sistem pompa, termasuk tol dilindungi deretan ini. Jadi banjirnya ini, Pluit tidak ada hubungan perumahan Pantai Indah Kapuk. Ini hubungan jebolnya Latuharhary ke Pluit," ujar Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama.

Hal itu disampaikan Ahok dalam jumpa pers di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (21/1/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Inikan Banjir Kanal Barat kemarin bocor di Latuharhary, sehingga mengalir ke Waduk Pluit. Kalau Waduk Pluit jebol air laut bisa masuk Monas. Di sini ada objek vital satu Waduk Pluit dan satu PLTU (Muara Karang), sekarang dimatikan listriknya. Kalau jebol persolannya sekarang kerendam, nggak bisa nyala," imbuh Ahok yang rumahnya di Pluit juga kebanjiran ini.

Sebelumnya Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho punya analisa soal penyebab banjir di kawasan Pluit, Jakarta Utara. Tidak ada tanggul yang jebol, namun karena ada luapan air yang besar dan empat pompa air yang rusak. Berikut penjelasan Sutopo dalam keterangan tertulis yang disampaikan pada detikcom, Minggu (20/1/2013) soal penyebab banjir di Pluit:

Jebolnya tanggul Banjir Kanal Barat (BKB) di Jl. Latuharhary pada Kamis (17/1) menyebabkan banjir menggenangi kawasan sebagian Jl. Sudirman, Bunderan HI, Jl Thamrin dan sekitarnya. Sungai Cideng yang memiliki kapasitas debit 30 m3/detik menerima beban tambahan debit dari tanggul sungai yang jebol di Jl. Latuharhary sekitar 30 m3/detik.

Tentu saja Kali Cideng. Pada saat bersamaan pompa di Waduk Melati berkapasitas 12m3/detik dan Pompa Cideng berkapasitas 7 m3/detik juga mati. Demikian pula BKB juga penuh. Dengan matinya pompa air maka banjir makin tidak terkendali.

Waduk Pluit menerima aliran dari Kali Cideng dan beberapa sungai yang banjir. Panel 2 pompa banjir berkapasitas 35 m3/detik dan 4 m3/detik di Waduk Pluit terendam banjir dan tidak beroperasi. Akhirnya banjir meluas karena pasokan debit ke Waduk Pluit terus terjadi, sementara itu pembuangan air tidak berjalan. Ini ditambah dengan pasang laut makin bertambah.

Pasang laut tertinggi pada Sabtu (19/1) terjadi pada pukul 07.35 yaitu tinggi 0,87 meter. Pada Minggu (20/1) pasang tertinggi terjadi pukul 07.51 yaitu 0,91 meter. Demikian juga Prediksi pasang tertinggi pada Senin (21/1) pukul 08.10 setinggi 0,94 meter. Bahkan pada Kamis (24/1) hingga Sabtu (26/1) pasang tertinggi mencapai 1 meter antara Pukul 09.09 – 09.46 WIB. Tentu ini berpotensi terjadi rob air laut.

Pemerintah terus melakukan upaya penanggulangan banjir di Pluit. Tanggul di Latuharhary telah selesai ditutup. Pompa Waduk Melati telah dihidupkan. Pompa air dari Dinas PU DKI Jakarta dan Kementerian PU dikerahkan ke Pluit untuk mengurangi banjir. BNPB mengerahkan pasukan Armarbar. Beberapa titik posko telah didirikan oleh Marinir, Kopassus, Basarnas, Tagana dan lainnya untuk memberikan bantuan evakuasi, distribusi kebutuhan dasar, logistik, kesehatan dan sebagainya.

(nwk/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads