17 Tahun Tugas, Pramugari Merpati: Ini Pertama Kali Bantu Lahiran di Udara

17 Tahun Tugas, Pramugari Merpati: Ini Pertama Kali Bantu Lahiran di Udara

- detikNews
Senin, 07 Jan 2013 09:52 WIB
istimewa
Jakarta - Sherly Juwita sudah 17 tahun menjadi pramugari. Tapi baru kali ini dia menolong orang melahirkan di pesawat. Bersama pramugari yang lain, Rahmasari dan Anisah, serta seorang penumpang yang juga calon perawat Ani, mereka bahu membahu membantu Harmani (33), ibu yang melahirkan.

"Alhamdulillah semua kompak. Ini pertama kali membantu melahirkan selama 17 tahun bertugas," jelas Sherly, ibu satu anak, saat berbincang dengan detikcom, Senin (7/1/2013).

Sherly menuturkan kisah lahirnya bayi prematur yang berusia 7 bulan di kandungan itu. Pesawat Merpati MZ 845, pada Minggu (6/1) pukul 18.00 WIT lepas landas dari Bandara Timika. Bandara itu pukul 18.00 WIT memang sudah tutup. Sebelumnya, dia sudah mendapat informasi ada 2 penumpang hamil di bangku 24 dan 7. Satu ibu hamil 6 bulan dan seorang lagi 7 bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebelum boarding saya tanyakan ke penumpang apa ada masalah dengan kehamilan, dan mereka menjawab tidak ada," terang Sherly.

Selaku pramugari senior dia pun melapor ke pilot Firman Hutapea dan Muhamad Yasin bahwa kedua ibu itu mengaku dalam kondisi baik dan sehat. Pesawat pun kemudian lepas landas.

"Setelah pesawat take off, 15 menit kemudian setelah sabuk pengaman dilepas, saya cek semua penumpang. Saya lihat ibu yang hamil itu sedang meringkuk duduk. Dia bersandar ke suaminya. Penumpang lain yang duduk di sebelahnya saya minta pindah ke depan, agar 3 bangku semua bisa digunakan oleh ibu itu," jelas Sherly.

Tapi kemudian, setelah dicek, si ibu merasa kesakitan. Dia pun menyebut akan melahirkan karena perutnya sakit. "Saya tanya, ibu serius (melahirkan)? Dia bilang benar mau melahirkan. Ini anak ketiganya," imbuhnya.

Akhirnya disiapkan semua peralatan medis darurat. Dia segera mengumumkan kepada penumpang agar membantu doa karena ada ibu yang hendak melahirkan. Diminta juga kalau ada penumpang yang memiliki pengalaman medis, seperti dokter atau perawat atau mantri, agar membantu.

"Akhirnya hanya ada Mbak Ani mahasiswa keperawatan yang belum pernah membantu melahirkan. Dia hanya pernah menyuntik dan mengukur tensi. Saya bilang kita bantu, kita berusaha tolong untuk menyelamatkan nyawa manusia," tutur Sherly.

Bersama pramugari dan kru yang lain semua perlengkapan disiapkan. Peralatan medis dibersihkan. Sherly dan Ani, bersama suaminya menunggu kelahiran di ruangan darurat di pesawat yang disiapkan.

"Pukul 18.40 WIT, di atas ketinggian 9.800 meter dari permukaan laut ibu melahirkan. Kemudian, sesuai dengan pelatihan yang diajarkan, ari-arinya dikeluarkan. Kemudian dengan peralatan medis yang sudah bersih tali pusar dipotong," jelas Sherly.

Sang ibu selamat demikian juga bayi perempuan yang dilahirkan. Karena lahir prematur, bayi itu kemudian dibungkus dan diberi air hangat dalam plastik di sekeliling kain yang menutup. Karena bayi prematur mesti dalam kondisi hangat di inkubator.

"Perjalanan masih 2 jam ke Makassar. Kita azankan bayi itu, kemudian kita beri oksigen, tidak kita tempelkan tapi di sekitar bayi. Yang penting bayi tetap terbangun," tambahnya.

Sherly kemudian menanyakan kondisi sang ibu. Warga Makassar itu mengaku dalam kondisi sehat. "Kita minta ke kapten untuk mengontak Makassar. Dan landing di Makassar sudah disiapkan ambulans dan dokter. Ibu itu ditangani dengan baik. Kabar terakhir ibu dan bayinya sehat," jelasnya gembira.


(ndr/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads