1. Ditagih Janji
|
|
Seorang mahasiswa dengan penuh semangat dan berapi-api menumpahkan protesnya.
"Pak begini, sekarang ini semakin terpuruk pasar tradisional. Kita ini mau bangun pasar tradisional. Sekarang, kenyataannya banyak minimarket yang menjamur!" kata mahasiswa itu dengan lantang.
Ahok yang berkacamata itu tampak serius mendengarkan protes mahasiswa tersebut.
Sang mahasiswa melanjutkan pernyataannya. Ia mengaku baru berunjuk rasa di tempat kongkow anak muda 7-Eleven di Matraman, Jakarta Pusat.
"Kami sudah melakukan unjuk rasa di 7-Eleven pusat di Matraman. Kami minta bertemu, tetapi mereka menolak bertemu. Padahal 7-Eleven seharusnya menyediakan makanan siap saji, tetapi malah menjadi minimarket sesuai peraturan presiden nomor 22. Kami menuntut Wagub, mana janji Anda, Pak!" ujar mahasiswa itu dengan nada tinggi.
Bagai disambar geledek, Ahok naik pitam mendengar ucapan sang mahasiswa. Ahok menegaskan belum mengeluarkan satu izin pun.
"Yang jelas, sampai saat ini kami belum mengeluarkan izin satu pun sampai hari ini. Makanya, kami ini kan baru 2 bulan. Anda maunya saya ngomong sopan santun kan. Anda mahasiswa, saya juga mahasiswa dulu. Anda aktivis, saya juga mantan aktivis. Sama!" kata Ahok dengan nada tinggi dan menggerakkan tangan seolah-olah menekankan pernyataannya itu.
"Makanya kita duduk, ngomong. Saya ini baru 2 izin yang sudah keluar. Kami ingin kaji, Anda kalau cabut izin di PTUN-kan orang dan kita kalah, uang rakyat juga yang bobol di APBD. Ya semuanya ada kajiannya. Nggak kayak mahasiswa langsung main berantem saja. Kalau berantem, aku lebih jagoan," ujar Ahok yang mengenakan seragam dinas warna cokelat itu.
Mahasiswa itu mendengarkan penjelasan Ahok. Sementara tiga temannya menonton dari kejauhan.
"Bukan masalah itu. Kita bukan bicara masalah mahasiswa, Pak," sahut mahasiswa yang tidak diketahui namanya itu.
"Makanya saya bilang, Anda jangan teriak-teriak, tenang saja. Kami ini baru dua bulan dan kami katakan, kami belum keluarkan izin satu pun. Kalau kami sudah keluarkan izin, Anda boleh maki-maki kami, mana janjinya," kata Ahok panas.
"Ini saya agak marah karena Anda bilang, mana janjinya. Kami baru 2 bulan, Bung. Jadi Anda jangan pakai janji Anda tadi. Kalau Anda tidak singgung itu, saya tidak marah," lanjut Ahok yang tidak kalah berapi-api, sambil menunjuk ke arah mahasiswa.
"Jangan gunakan kalimat 'mana janji Anda'. Saya tidak suka kalimat 'mana janji Anda', tahu nggak!" lanjut Ahok yang bergegas masuk ke dalam mobil dinasnya untuk menuju kantor Kejati Jakarta.
2. Proyek Ngaret
|
|
"Aku udah sebel setahun ini. Dananya ada, biaya ada, Silpa (Sisa Lebih Penggunaan Anggaran) bisa Rp 8 triliun, tapi mau bangun rumah sakit di Koja sampai 2015-2016 belum bisa," kata Ahok usai acara Penyerahan DIPA Tahun Anggaran 2013 di Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (18/12/2012).
Ahok mengeluhkan proyek-proyek yang tak kunjung rampung selalu beralasan bahwa proyeknya masih berstatus X-1, alias baru tahap perencanaan.
"Itu mau bikin 12 persimpangan kereta api, cuma bisa bikin tujuh. Alasannya yang lain belum ada desain, masih X-1. Bikin rumah susun, masih X-1. Apa-apaan itu? Orang kementerian sudah pakai 'rancang dan bangun' masa kita nggak ada yang pakai? Ini ini musti kita selesaikan," ujar Ahok dengan nada kecewa.
Menurut Ahok, ini karena ada perbedaan antara Peraturan Presiden dengan Peraturan Mendagri yang mengatur mekanisme dari pembangunan 'rancang dan bangun'. Mekanisme tersebut memungkinkan realisasi proyek menjadi lebih cepat.
Sementara itu, pemprov-pemprov selalu terkendala karena tidak bisa mengikuti mekanisme 'rancang dan bangun' tersebut. Akibatnya, realisasi proyek menjadi lambat.
"Ini satu hal yang sangat ngaco luar biasa. Kenapa nggak ada keseragaman, maka kami minta Kejaksaan, KPK, dan dari Dirjen Pajak untuk duduk bersama. Dibahas kenapa Perpres-nya, kenapa kementerian boleh pakai 'rancang dan bangun' sementara kami tidak bisa pakai," lanjut Ahok mengutarakan solusi.
3. Uang Rakyat Dirampok
|
|
Ahok mempertanyakan Yayasan Benyamin Suaeb yang tahun lalu menerima dana hibah dari Pemprov DKI hingga Rp 1 miliar. Sementara tahun ini, Yayasan Benyamin Suaeb mengajukan dana hingga Rp 4,5 miliar.
"Ya memang kita harus menghargai tokoh-tokoh Betawi, tapi keluarganya bukan miskin juga kan," kata Ahok dalam pertemuan bersama pengurus dan pengelola IKJ di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat (17/12/2012).
Video pertemuan ini diupload di YouTube oleh Pemprov DKI dengan judul "17 Des 2012 Wagub Bpk. Basuki T. Purnama Menerima Pengurus atau Pengelola IKJ".
"Untuk model-model begini, Pak, DKI menghabiskan Rp 2,2 triliun. Sementara kita juga butuh rumah sakit yang Rp 250 miliar yang harus kita bangun, karena sudah ditunda terus. Mau drop tahan banjir juga nggak punya uang. Tapi hibah bisa Rp 2,2 triliun. Ini nggak sesuai, ini Bapak-bapak kalau mau baca, ini sakit kepalaku. Yang namanya yayasan-yayasan segala macem. Itu ratusan (yayasan) dapat uang semua. Itu nggak bisa. Ini uang rakyat," papar Ahok.
4. Disinggung rasa nasionalisme
|
|
Tiga orang dari Honda Plaza Pluit bersama kuasa hukum mereka menemui Ahok pada pukul 19.45 WIB, Senin (17/12/2012). Mereka meminta JPO itu digeser dari depan gedung Honda Plaza Pluit. Alasannya karena JPO itu menghalangi gedung mereka.
Ahok kemudian memberikan solusi win-win. JPO tak digeser namun Honda bisa memasang papan reklame di sepanjang JPO tersebut.
Pihak Honda Pluit menolak solusi yang ditawarkan Ahok itu. Honda menilai papan reklame yang akan dipasang di JPO dikhawatirkan akan membuat warga menilai Pemprov DKI kurang nasionalis, mengingat Honda bukan merek asal Indonesia. Hal ini pun menyulut murka Ahok.
"Kalau mau dipindahkan, kemarin sudah dijawab resmi kok, nggak usah nasionalis-nasionalis gitu. Jangan jualan Honda, jualan Esemka saja! Jangan bilang nasionalisme-nasionalisme, sampai orang tahu itu Honda, Bapak juga buka pameran Honda, saya tawarkan kok ditolak?" kata Ahok yang tampak marah di kantornya Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
5. Beri Hibah Seenak Jidat
|
|
"Dewan Kesenian Jakarta itu kerjanya apa ya? Dulu Rp 2,5 miliar, sekarang ngajuin Rp 12,8 miliar. Saya sengaja membawa ini, agar kita bicara mana yang lebih penting, apa betul. Dewan Kesenian diputuskan Rp 9,6 miliar. Ini ada apa dengan dinas? Logikanya kan gitu," ujar Ahok.
Hal ini disampaikan Ahok saat mengadakan pertemuan dengan pengurus dan pengelola Institut Kesenian Jakarta (IKJ) di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (17/12/2012). Video pertemuan ini diupload di YouTube oleh Pemprov DKI dengan judul "17 Des 2012 Wagub Bpk. Basuki T. Purnama Menerima Pengurus atau Pengelola IKJ".
Ahok juga mengatakan bahwa Lembaga Kesenian Betawi yang tahun sebelumnya mendapat Rp 500 juta, kini meminta Rp 4,2 miliar. "Kegiatannya apa? Kita mau bantu, tapi kan ini uang rakyat. Jangan dirampok dong. Makanya saya harus ketemu orang seni," katanya.
Ahok mengaku mencoret beberapa permohonan hibah karena dana yang diminta terlalu besar. "Makanya saya harus ketemu orang seni. Saya juga marah kalau seenak-enak jidat. Saya coret-coret saja. Dasarnya apa? Nggak usah ada senilah kalau seninya seni merampok. Makanya saya bingung. Dewan Kesenian Jakarta itu kegiatannya apa?" kata Ahok.
Halaman 2 dari 6











































