Tidak hanya rumah Sumirah, satu rumah milik Parmin (60) yang berada tepat di sebelahnya juga nyaris jatuh ke jurang karena longsor yang terjadi hari Selasa (4/12) lalu saat hujan lebat mengguyur Semarang sekitar pukul 14.00 WIB.
Anak Sumirah, Eko Megantoro (17) mengatakan, sebelum longsor, ia sempat melihat retakan-retakan kecil yang semakin membesar di jalan yang baru saja dicor di depan rumahnya itu. Menanggapi hal itu, ia memberi tahu seluruh pemilik rumah agar keluar dan mengungsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebelum longsor, motor-motor yang ada di rumah sempat dikeluarkan dulu," imbuhnya.
Sumirah menambahkan, akibat peristiwa tersebut teras rumah dan jalan sepanjang 25 meter yang baru mulai dicor hari Minggu (2/12) lalu itu longsor dan hampir menimpa rumah milik almarhum Katno yang berada 20 meter di bawahnya.
"Ada ternak 18 ekor ayam dan lele siap panen tertimbun longsor," kata Sumirah.
"Padahal pengecoran jalan itu baru saja dimulai hari Minggu kemarin dan dapat bantuan dari Pemkot Semarang," tuturnya.
Akibat longsor, 18 anggota keluarga yang ada di rumah Sumirah dan Parmin harus ekstra hati-hati saat hendak keluar atau masuk rumah. Mereka harus berjalan di tepi rumah yang hampir longsor.
"Enggak ada yang ngungsi mas, tapi ya kalau keluar masuk rumah harus hati-hati," tandas Sumirah.
Lurah Jangli, Ismu Handoyo sudah mengirimkan surat permohonan bantuan kepada BPBD Kota Semarang. Menurut warga, untuk memperbaiki kerusakan akibat longsor dibutuhkan dana sekitar Rp 75 juta.
"Surat sudah dikirim kemarin (Kamis). Warga membutuhkan Rp 75 juta," terang Ismu.
Hari ini, warga bekerja bakti dengan membuat pagar di lokasi longsor dan menahan tembok yang selamat dengan mengganjalnya dengan kayu bambu besar. Warga memanfaatkan sisa dana bantuan pengecoran yang belum sempat digunakan untuk mengantisipasi longsor.
"Kalau hujan, longsoran kita tutup menggunakan terpal agar air tidak langsung meresap ke tanah," tutup Eko.
(alg/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini