"Saya semalam sms Pak Ahok minta kartu pintar untuk murid saya, karena itu hak mereka sebagai warga DKI Jakarta," kata salah satu guru kembar tersebut bernama Sri Irianingsih di Sekolah Darurat Kartini, Komplek Pergudangan Jakarta Gudang, Jalan Lodan, Ancol, Jakarta Utara, Senin (26/11/2012).
Wanita yang akrab disapa Rian ini mengaku sebelumnya juga pernah mengirim pesan singkat ke Ahok terkait lahan yang belum diberikan PT KAI beberapa waktu lalu. "Langsung dia telepon itu orang KAI-nya. Kita dikasih 7x17 meter tapi itu kan kekecilan," ujar Rian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya urus sendiri, nggak usah diurus dia. Tapi saya mau dia lihat tapi dia kan repot, PR-nya banyak begitu," ujar Rian.
Rian mengaku mengenal Jokowi sejak dua tahun lalu di Solo. Ia hanya meminta Jokowi tidak berubah seperti pejabat-pejabat di Jakarta.
"Dia orangnya biasa saja, tapi dia konsisten kok, waktu kenal dia kan di Solo, sekitar 2 tahun yang lalu. Semoga tidak terbias orang Jakarta," ujar Rian.
Rian menjelaskan tujuan sekolahnya adalah membentuk karakter yang bermartabat untuk Indonesia ke depan. Ia tidak ingin penerus bangsa hanya pintar tapi tidak berkarakter.
"Pembinaan karakter dan pembentukan karakter, seperti agama, moral, budi pekerti, kejujuran yang paling nomor satu, semua ada. Kalau dia sudah terbentuk dengan karakter itu ya tidak masalah dia di akademi. Kalau berkarakter pasti tidak jadi penjahat," ujar Rian.
"Tapi Kalau dia cuman pintar tapi karakter nggak ada ya jadi penjahat dia. Seperti koruptor," tutup Rian.
Sekilas tentang Sekolah Darurat Kartini, Sekolah Darurat Kartini adalah sekolah yang tidak pernah memungut biaya sepeser pun kepada 621 muridnya sejak 1990. Sekolah Darurat Kartini merupakan sekolah yang dikelola oleh dua kakak beradik kembar bernama Sri Rossyati dan Sri Irianingsih. Sekolah ini sudah berdiri selama 22 tahun dan tercatat 6 kali berpindah tempat karena tergusur.
Sejak didirikan pada tahun 1990, Sekolah Darurat Kartini berada di Pluit, karena penggusuran lalu pindah ke Ancol, Penjaringan, Kali Jodo, dan sekarang Pinggiran rel kereta Bandengan, yang ke semuanya berlokasi di Jakarta Utara.
Pemindahan sarana belajar yang tidak pernah memungut biaya apa pun untuk peserta didiknya ini didasari oleh UU Nomor 23/2007 tentang Perkeretaapian, yakni bangunan dengan radius 6 meter dari bantaran rel akan ditertibkan jika tidak mempunyai izin. Namun kini sekolah tersebut berhasil mendapatkan lokasi baru yang tidak jauh dari lokasinya sekarang.
(vid/ndr)