Koki Indonesia Bikin Kalang Kabut Katering Gara-gara Gaji Rp 50 Juta

Laporan dari Arab Saudi

Koki Indonesia Bikin Kalang Kabut Katering Gara-gara Gaji Rp 50 Juta

- detikNews
Senin, 12 Nov 2012 16:18 WIB
Ilustrasi/dok detikcom
Madinah - Gaji adalah salah satu masalah sensitif. Di Madinah, seorang koki dan asistennya yang berasal dari Indonesia meminta gaji naik hingga Rp 50 juta. Karena tak dipenuhi, ia mundur dan sempat bikin kalang kabut perusahaan katering.

Sebelumnya, koki bernama Muhammad Syaifullah itu digaji Rp 42,5 juta sebulan. Merasa kurang karena beratnya pekerjaan, ia meminta kenaikan gaji menjadi Rp 50 juta. Perusahaan katering tempatnya bernaung, Al Ikhwan, enggan memenuhi permintaan tersebut.

Syaifullah dan Subairi menolak bekerja lagi di Al Ikhwan. Mundurnya dua orang itu sempat membuat perusahaan katering kalang kabut. Namun akhirnya perusahaan mampu mendapatkan koki pengganti sehingga pelayanan katering bagi jamaah haji di Madinah tidak terganggu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Syaifullah minta gaji 20 ribu riyal atau sekitar Rp 50 juta untuk pekerjaan gelombang kedua jamaah haji di Madinah," kata Kepala Pengawas Katering Misi Haji Indonesia Daerah Kerja Madinah, Sartoyo, Senin (11/11/2012).

Karena permintaannya tidak dikabulkan, lanjut Sartoyo, Syaifullah dan Subairi yang berasal dari Bangkalan, Madura, Jawa Timur itu memilih keluar. Saat keluar, katering sudah beroperasi untuk melayani jamaah.

Akibatnya perusahaan sempat kelabakan. Namun perusahaan penyedia katering untuk jamaah haji asal Indonesia itu akhirnya mendapatkan juru masak pengganti asal Indramayu, Jawa Barat, Rahmat Muhammad.

"Minggu kemarin, dalam tugas pertama sebagai juru masak pengganti, Rahmat Muhammad gagal memenuhi ambang selera yang ditentukan oleh Misi Haji Indonesia," katanya.

Menu sarapan untuk 15 ribu jamaah, berupa nasi putih plus ayam goreng mentega, harus dimasak ulang. Cita rasanya tidak memenuhi standar yang telah ditentukan.

"Kami mengawasi langsung di dapur Al Ikhwan dan terpaksa daging ayam harus dimasak ulang. Alhamdulillah beres sebelum batas waktu. Pada pukul 07.30 WAS sudah selesai, siap saji dan sesuai cita rasa Indonesia," kata chef asal Santika Premiere Hotel Semarang itu.

Sartoyo menambahkan katering Al Ikhwan sendiri sebenarnya memiliki lebih dari 25 koki. Namun hanya punya satu juru masak ahli dan seorang asisten chef. Para koki ini bekerja selama 18 jam sehari, mulai pukul 01.00 hingga 19.00 WAS.

Menurut Chef Sartoyo, panggilan akrabnya, Syaifullah dan Subairi dikontrak oleh Al Ikhwan selama musim haji. Sistem kontrak kerja mereka di Arab Saudi dibagi menjadi dua gelombang.

Gelombang pertama adalah masa sebelum Armina (Arafah-Muzdalifah-Mina - red) dan gelombang kedua setelah Armina. Tahun ini, gelombang pertama (sebulan) dimulai 21 September hingga 20 Oktober. Untuk gelombang kedua mulai 1-30 November. Sedangkan pada tanggal 20 Oktober hingga 1 November jamaah haji saat berada di Mekkah dilayani oleh perusahaan katering lain.

"Pemilik juga sudah berbicara kepada kami setelah kasus tersebut. Ternyata hubungan antara koki Syaifullah dengan pengusaha katering tidak ada kontrak secara tertulis. Ke depan kami sarankan ada kontrak resmi secara tertulis," katanya.

Al Ikhwan yang merupakan perusahaan katering milik seorang pengusaha asal Pattani Thailand yang telah lama bermukim di Arab Saudi itu merupakan salah satu pemenang tender katering bagi jamaah haji Indonesia. Perusahaan jasa boga terbesar ketiga di Arab Saudi itu melayani 15 ribu jamaah, di bawah Al Andalus sebesar 50 ribu dan Betawi Catering sebesar 25 ribu jamaah Indonesia.


(bgs/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads