"Kita mengejar kecepatan penanganan dan ketepatan jadwal penerbangan, bukan kemewahan terminal," kata VP Pelayanan Haji Garuda Indonesia, Hadi Syahrean, di Posko Haji Garuda Indonesia, Jeddah, Arab Saudi, Jumat (2/11/2012) dini hari.
Pertimbangan utama menggunakan terminal tersendiri, memang demi mengejar ketepatan jadwal terbang. Bila masih di terminal komersial biasa, dikuatirkan masa tunggu jamaah di bandara menjadi terlalu lama dan tidak menjamin ketepatan jadwal penerbangan sebab pesawat Garuda Indonesia harus antre dengan sekian banyak pesawat lain dari berbagai negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terminal yang digunakan oleh Garuda Indonesia ada di sisi barat King Abdulazis International Airport, Jeddah. Ini berupa lahan seluas lapangan sepak bola dengan atap tertutup namun tanpa dinding pembatas yang tepat berada di bibir landasan pacu.
Toilet yang tersedia lebih dari cukup dengan aliran air bersih untuk berwudhu yang kencang. Tapi ada satu toilet yang kurang layak kondisinya, maklum saja sebab hanya digunakan sekali dalam satu tahun.
Di ruang tunggu terbuka ini disediakan bangku-bangku plastik melingkar. Jangan berharap bisa berbelanja cinderamata selain kurma di west terminal ini, sebab hanya ada tiga kantin yang semuanya menjual makanan kecil dan minuman ringan.
Rombongan jamaah haji yang tiba dari penginapan, juga tidak akan berlama-lama menunggu boarding di ruang tunggu ini. Masa tunggu sekitar dua jam dan itu pun lebih banyak dipakai untuk menata ulang barang bawaannya yang terjaring sweeping/i> bagasi kabin pesawat.
Di sini pula mereka mendapatkan kembali passpornya yang telah disisipi tiket pesawat dan menerima cinderamata dari pemerintah Arab Saudi berupa sebuah Al Qur'an untuk masing-masing. Setelah jalani pemeriksaan imigrasi, jamaah haji masuk ke ruang boarding yang bangunannya berupa barak berpendingin udara.
"Untuk per kepala kita dikenai biaya pelayanan SR 30, naik dari tahun lalu," sambung Hadi.
(lh/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini