Kisah Teriakan "Thoriq Hajj" yang Bikin Jamaah Minggir dari Jalanan Mina

Laporan dari Arab Saudi

Kisah Teriakan "Thoriq Hajj" yang Bikin Jamaah Minggir dari Jalanan Mina

- detikNews
Selasa, 30 Okt 2012 11:48 WIB
Ilustrasi/dok detikcom
Mekkah - Kata 'thoriq' paling sering diperdengarkan di Mina. Asykar atau petugas keamanan meneriakkannya di tengah malam. Jamaah haji pun langsung menyingkir.

Pada saat Mabit di Mina dilakukan pada tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijah malam, jutaan umat Islam dari berbagai berkumpul menjadi di Mina. Luas Mina sekitar 650 hektar yang merupakan sebuah lembah yang diapit dua buah gunung di kanan dan kiri.

Ujung Mina yang berbatasan dengan Muzdalifah hingga jamarat berjarak sekitar 3 kilometer. Di tempat itu didirikan ratusan tenda maktab untuk menampung semua jamaah dari berbagai negara. Penempatan tenda berdasarkan kelompok negara/wilayah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedikitnya adalah 8 kelompok yakni Asia Tenggara, Asia Selatan, Negara-negara Arab, jamaah dari kerajaan Arab Saudi sendiri atau dikenal dengan internal pilgrims, Afrika non Arab dan jamaah Iran yang menjadi kelompok tersendiri. Jamaah haji Indonesia berkumpul dengan jamaah haji dari seluruh Asia Tenggara. Sedangkan India, Pakistan, Bangladesh menjadi satu dalam kelompok Asia Selatan. Jamaah Amerika, Eropa, Australia dan Turki menjadi satu kelompok.

Sedangkan jamaah yang tidak tertampung di tenda atau di luar maktab, tidur di berbagai tempat seperti di Masjid Al Kheif Mina, di pinggir gedung tempat melempar jamarat, di bukit-bukit di kanan dan kiri lembah Mina atau di semua tempat yang masih mungkin untuk digunakan.

Tempat wudhu dan lorong-lorong kamar mandi juga menjadi tempat istirahat jamaah. Mereka rela tidur beralaskan tikar plastik maupun kain bekas pakaian ihram. Seakan tidak ada sejengkal tanah pun di Mina yang bisa untuk ditempati lagi.

Saat mabit di malam pertama, beberapa jurnalis mabit di Mina sambil berjalan-jalan untuk lebih mengenal tempat di Mina. Saat berjalan di dekat Masjid Al Kheif untuk melaksanakan salat Maghrib dan Isya sudah tidak ada tempat lagi baik di dalam maupun di halaman masjid. Bahkan beberapa jamaah terpaksa mendirikan shaf salat di luar yakni di area khusus pejalan kaki.

Salat maghrib dan isya pun terpaksa di luar halaman dan harus berdesak-desakan dengan jamaah yang sedang duduk beristirahat. Seusai salat dan duduk beristirahat menunggu waktu salat Isya, tiba-tiba terdengar sirene dan klakson dua mobil jip patroli polisi Arab Saudi.

Sirene terdengar berulang-ulang sambil bergerak di kanan dan kiri ruas pejalan kaki. Dengan alat pengheras suara di mobil, petugas meneriakkan "Thoriq hajj, thoriq ya hajj" berkali-kali. Mobil pun berjalan mepet sambil membunyikan klakson ke arah jamaah yang duduk di pinggir jalan.

Takut tertabrak mobil, terpaksa mereka berdiri dan menyingkir. Padahal jamaah ingin duduk atau tidur untuk beristirahat mabit di Mina. Meski tidak menggunakan mobil, asykar juga melakukan hal yang sama meminta jamaah tidak duduk di pinggir jalan atau di pinggir pagar pembatas jalan menuju jamarat.

Tanpa berkata sepatah katapun, hanya dengan mengangkat salah satu tangannya mendekati kerumunan jamaah meminta untuk menyingkir. Namun sesekali berkata sama dengan yang diucapkan polisi yang mengendarai mobil patroli.

"Gum, Gum, thoriq, thoriq hajj, thoriq hajj". Kalimat-kalimat itu artinya, 'bangun, bangun, jalan-jalan haji, ayo jalan haji' sambil meminta mereka menyingkir.

Di jalur khusus pejalan kaki, asykar menunjukkan sebuah poster atau papan pengumuman berisi gambar larangan salat di tengah jalan dengan tulisan bahasa Inggris, "Don't Blocks". Papan berukuran sekitar 2x5 meter dengan warna dasar tulisan hijau tersebut terpasang di sepanjang area khusus pejalan kaki dan tenda jamaah.

Saat diusir, ada yang langsung pergi karena tahu bila itu dilarang. Namun ada pula yang ngeyel dan berdebat seperti yang dilakukan jamaah asal Asia Selatan. Mereka akhirnya terpaksa ikut menyingkir sambil menggerutu. Asykar pun terus menggerakkan tangannya sebagai tanda agar menyingkir ketika menjumpai ada orang duduk di pinggir jalan. Namun bila ada jamaah yang tiduran mepet dengan pagar tidak akan diusir.

Selain raungan sirine mobil, dua buah pesawat helikopter kerajaaan Arab Saudi terus melakukan patroli beberapa hari sebelum prosesi di Armina. Bahkan selama mabit hingga melempar jamarat di Mina, tanpa putus helikopter terus melakukan patroli dari udara.

Di lantai bawah gedung tempat melempar jamarat hingga halaman luar di batas akhir Mina juga terdapat ribuan jamaah yang mabit dengan cara duduk dan tiduran secara bergerombol. Jamaah yang duduk-duduk di pinggir jalan hampir pasti mengalami hal yang sama, diusir dan disuruh pindah.

Jamaah yang duduk lesehan dan mendirikan tenda namun tidak diusir asykar adalah yang berada di dalam pagar pembatas dari beton. Di tempat itu, mereka benar-benar aman, tidak diusir atau disuruh pindah.

Beberapa petugas yang berjaga di tempat melempar jamarat juga terpaksa harus ikut bergerak agar tidak diusir asykar. Sedangkan petugas kesehatan dari Tim Evakuasi Tanpa Alat (TETA) dan mobil ambulans hanya diperbolehkan berjaga di halaman luar jamarat dengan alat kesehatan terbatas. Untuk bisa dikenali jamaah pun mereka hanya membawa bendera merah putih.

Karena sudah berdiri lama selama berjam-jam tanpa duduk, beberapa petugas sampai ada yang terpincang-pincang kakinya saat berjalan. Seakan mereka tengah berjalan berkilo-kilometer tanpa istirahat. Beberapa wartawan pun mengalami hal serupa harus duduk berpindah-pindah agar tidak diusir saat mabit di Mina selama 6 jam.

Menurut salah seorang tenaga musiman (temus) yang sudah lebih dari 5 tahun tinggal di Mekkah, Lukmanul Hakim, kondisi Mina saat ini sudah berbeda dengan 4 tahun lalu. Ketika gedung jamarat masih 3 lantai dan di kanan-kiri bukit belum banyak jalan, jamaah masih bisa berkumpul tanpa harus diusir asykar.

"Dulu jamaah Indonesia yang tidak berada di tenda maktab masih bisa kumpul berdzikir dan takbir. Jadi suasana doanya benar-benar terasa. Sekarang sudah nggak bisa lagi, semua jamaah yang bergerombol langsung disuruh pindah," katanya.

Menurut dia, jamaah haji yang datang semakin banyak, sementara luas wilayah Mina tidak bertambah. Dengan demikian hampir semua tempat selalu penuh saat mabit.

"Yang terdengar hanya ucapan "thoriq, thoriq, hajj thoriq. Gum, Gum. Itu artinya jalan, jalan. Haji jalan. Kalau Gum artinya bangun. Itu bukan memanggil haji thoriq," katanya.


(bgs/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads