"Kita tansah guyub rukun Welas asih mring sesami. Tebih saking cecongkrahan Sugih sedulur utami. Kanca sewu isih kurang Mungsuh siji den tebihi...
Tembang jawa Kinanthi Subakastawa di atas membahana di Stadion Sultan Agung, Desa Pacar, Kecamatan Sewon, Bantul, DIY, Senin (29/10/2012). Dalam tembang berisi lima bait itu berisi tekad menggelorakan persatuan dan kesatuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maraknya tawuran antar pelajar yang belakangan terjadi, kata Sri, salah satunya dipicu minimnya pemaknaan Sumpah Pemuda secara budaya. "Mereka (para pelajar) merasa ada perbedaaan, ada gengsi, ada strata. Itu yang seharusnya dihilangkan dalam budaya pelajar kita," tambahnya.
Peringatan Sumpah Pemuda ala Bantul dengan panembrono ini terlihat semarak. Para siswa yang memenuhi lapangan dan tempat duduk stadion menyanyikan tembang sambil memegang lembaran teks. Selanjutnya mereka menorehkan tanda tangan di pojok kanan sebagai ikrar anti tawuran.
"Semoga dari Bantul kita bisa menggelorakan semangat persatuan dan kesatuan. Kita berharap tidak lagi terjadi tawuran pelajar yang justru mencoreng semangat Sumpah Pemuda," ujar Dinda, salah satu siswa SMA 2 Bantul.
Peringatan Sumpah Pemuda di stadion kebanggaan warga Bantul ini diakhiri dengan penyerahan piagam Museum Rekor Indonesia (MURI) kepada bupati Bantul. Muri mencatat upacara ini sebagai yang terunik dengan peserta Panembrana terbanyak yakni 16.016 pelajar.
(try/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini