Bandung - Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung masih mempertahankan status "Awas" atau level IV terhadap aktivitas Gunung Egon di perbatasan Waigete dan Bola, Kabupaten Sikka di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Status "Awas" itu telah ditetapkan sejak 2 September 2004. Sejak tanggal itu, aktivitas Gunung Egong memang menunjukkan peningkatan dan letusan terbesar yang terjadi tercatat pada 9 September 2004 dengan ketinggian kolom asap mencapai 5000 meter. Kepala Seksi Gunung Api Bali dan Nusa Tenggara DVMBG Gede Suantika mengatakan dari laporan yang masuk ke Bandung dari tim di lapangan, aktivitas Gunung Egon memang masih fluktuatif kendati ada penurunan. "Setelah letusan terbesar tanggal 9 September itu, memang masih terjadi beberapa kali letusan. Tetapi sudah cenderung mengecil," ujarnya ketika dikonfirmasi
detikcom di Bandung, Sabtu (11/9/2004).Meski demikian, lanjut dia, masih terlalu dini untuk menyimpulkan aktivitas Gunung Egon ini sudah menurun. "Untuk periode letusan bulan September 2004 ini bisa saja menurun. Tetapi aktivitas Gunung Egon ini memang agak lama," katanya.Dikatakan Gede, aktivitas gunung yang tingginya 1.703 meter di atas permukaan laut itu sudah terjadi sejak bulan Januari 2004 lalu. Pada bulan April 2004, DVMBG telah mencatat adanya gejala peningkatan dari segi kegempaan dan pengukuran deformasi atau gaya ungkitan dari perut bumi. "Dari pengukuran peralatan deformasi, tercatat ada pemelaran tubuh gunung. Sejak itu, statusnya adalah "Waspada" atau Level II," tuturnya.Pada bulan Juli 2004 terjadi letusan dengan tinggi asap mencapai 1.500 meter. "Pada bulan itu juga dipasang sejumlah peralatan pemantau dan monitoring yang baru, dan lokasinya lebih dekat ke gunung api agar bisa merekam lebih banyak data," paparnya.Hasil yang terekam menunjukkan adanya peningkatan aktivitas kegempaan. Gempa Vulkanis yang terjadi cukup banyak dan deformasinya juga terus menunjukkan adanya pemelaran. Pada tanggal 1 September 2004 status Gunung Egon dinaikkan ke "Siaga" atau Level III karena semakin banyak aktivitas vulkanis yang tercatat. Kenaikan status ini ternyata terbukti dengan terjadinya letusan kemudian pada 2 September 2004 dengan ketinggian asap mencapai 2000 meter. "Status Gunung Egon pada hari itu langsung dinaikkan ke level tertinggi atau "Awas". Terbukti kemudian, letusan besar terjadi pada tanggal 9 September 2004 itu dengan ketinggian kolom mencapai 5000 meter. Setelah letusan terbesar itu, memang masih terjadi letusan-letusan kecil dengan ketinggian sekitar 1000 meter," tutur Gede.Gede menggambarkan besarnya letusan itu dengan adanya getaran yang dapat dirasakan di kota Ende. Kota itu berjarak sekitar 70 km dari Gunung Egon Hujan abu juga sempat terjadi di Ende dan Maumere.Dengan status "Awas" itu, Pemda Kabupaten Sikka kemudian mengosongkan 3 kampung yang ada di daerah bahaya yaitu Kampung Lere, Baurengit dan Wulimwatu yang hanya berjarak 2 km dari puncak. "Untuk pengungsian warga, dilakukan oleh Pemda setempat. Kami hanya memberikan rekomendasi teknis saja," katanya. Dia menambahkan, tim dari DVMBG Bandung menurutnya telah
standby di lokasi dengan dipimpin Kasubdit Pengamatan Gunung Api Wilayah Timur Dipl. Seis. Syamsul Rizal sejak 3 September 2004. "Beliau memimpin langsung tim, yang memantau aktivitas Gunung Egon dari berbagai parameter," ungkapnya. Dari data yang ada, aktivitas vulkanis Gunung Egon sempat tercatat pada 14 April 1925 atau 79 tahun silam dan 28 September 1907. Gunung Egon secara geografis terletak pada posisi 122,2-122,3 BT dan 8,3-8,4 LS. Gunung ini memiliki kawah berukuran 525 x 425 m dengan kedalaman 47,5-195 m. Tebing yang jurangnya terdalam berada di bagian utara gunung, sedangkan terendah terdapat di bagian selatan. Gunung Egon berjarak sekitar 20 kilometer dari Gunung Lewotobi di Kabupaten Flores Timur.
(rif/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini