"Saya hanya menyandarkan keputusan-keputusan saya berdasarkan fakta. Tentu fakta yang saya harus perhatikan adalah fakta-fakta hukum antara Australia dan Indonesia agar saya bisa membawa pulang jenasah suami saya. Kenapa begitu sulit untuk membawa jenazah suami saya? Ini bukan kejadian yang lazim, sangat sulit bagi saya untuk membawa pulang jenazah suami saya," tutur Shirley di Blok AA1 Blad 69, TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Minggu (14/10/2012).
Shirley mengatakan dirinya akan melakukan apapun untuk bisa membawa pulang tulang-tulang suaminya. Dia menegaskan akan mengupayakan jalan legal ketimbang mengedepankan cara kekerasan untuk mewujudkan keinginannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika sampai akhir hayatnya jenazah sang suami belum juga bisa dipulangkan ke Australia, menurutnya, seluruh rakyat Negeri Kangguru-lah yang akan berupaya memulangkan. Tak hanya memulangkan jenazah suami, Shirley juga ingin pembunuh pria yang paling dicintainya itu diadili.
"Saya ingin mereka diadili, karena saya ingin tahu apa yang terjadi dengan suami saya. Tapi saya tidak mau ada kekerasan terjadi pada diri mereka (pelaku). Saya tidak punya rasa benci terhadap mereka. Mereka tentara, mereka semua dilatih untuk membunuh," tuturnya.
Selain dirinya, menurut Shirley masih ada empat keluarga lain yang berduka atas peristiwa di Balibo 1975 silam. Namun karena terlalu sakit membuka kenangan itu, banyak di antara mereka yang berniat melupakan peristiwa tersebut.
"Namun yang penting buat saya adalah secara hukum bagaimana. Bila secara hukum kami sudah tahu bagaimana prosesnya saya bisa maju sesuai dengan langkah-langkah hukum tersebut saya kira keempat keluarga lain akan mengikuti mengambil jenazah suami atau orang tua mereka. Jangan lupa bahwa dua dari mereka itu warga negara Inggris, satu orang Skotlandia dan Inggris," papar Shirley.
Juli 2010 lalu, Shirley pertama kalinya melihat pusara suaminya. Sehingga pada hari ini adalah kali kedua dia berkunjung ke makam tersebut. Menurut dia saat ini kuburan suaminya lebih rapi.
"Sekarang lebih rapi. Sekarang sudah ada batu nisannya dan ada tanda salib. 2 Tahun yang lalu hanya terbuat dari kayu dan tidak rapi sekarang sudah ada. Tampaknya seseorang memperhatikan makam itu, namun ini tidak seperti makam sebelumnya," terangnya.
Peristiwa Balibo adalah tragedi yang terjadi pada 16 Oktober 1975 di Kecamatan Balibo, Kabupaten Bobonaro, Timor Portugal (nama saat itu). Kala itu tengah berkecamuk perang saudara.
Lima wartawan asing yang meliput kejadian di Balibo itu tewas. Mereka adalah Brian Peters dan Briton Malcolm Rennie yang bekerja untuk Channel Nine Australia, Greg Shackleton, Tony Stewart (Inggris), dan Gary Cunningham, kamerawan Channel Seven. Mereka tewas dalam kondisi mengenaskan. Tubuhnya ditemukan hangus terbakar di toko kelontong.
(vit/trq)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini