Dukungan tersebut dinyatakan Nadine dalam konferensi pers terkait penghentian sirkus lumba-lumba keliling, di Kantor Change.org, Jalan HOS Cokroaminoto, Jakarta Pusat, Kamis (11/10/2012).
"Sirkus lumba-lumba menjadi salah satu yang membuat saya melirik, saya pikir mereka senang kok dibuat sirkus gitu. Padahal ternyata dalam hatinya menangis. Semoga ini dapat menyadarkan bahwa pengeksploitasian mereka itu hal yang tidak benar," kata Nadine.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hadir pula dalam acara tersebut, ketua Change.Org Usman Hamid, Ketua JAAN Pramudya, gitaris Netral Coki, dan presenter Riani Jangkaru.
Untuk diketahui sejak tiga tahun lalu, para aktivis pecinta hewan sudah memprotes keberadaan sirkus keliling lumba-lumba. Selain kejam, sirkus itu dinilai juga tidak mendidik. Namun, hingga kini sirkus lumba-lumba tetap saja ada.
Ketua Jakarta Animal Aid Network (JAAN) Indonesia, Pramudya, saat berbincang dengan detikcom, Kamis (27/9) lalu menyebut Indonesia adalah negara terakhir yang masih mengizinkan sirkus keliling. Di negara lainnya, praktik ini sudah dilarang karena dianggap mengeksploitasi hewan, khususnya yang langka.
Berdasarkan penelusuran JAAN, ada sejumlah praktik jahat yang dilakukan pengelola sirkus keliling. Pertama, air yang digunakan untuk show lumba-lumba bukan murni air laut, tapi air tawar yang diberi garam dan cairan kimia. Cairan ini cenderung membutakan.
Selain itu, lumba-lumba juga bisa stres karena terus berpindah. Apalagi perawatan kesehatan lumba-lumba itu pun seadanya.
Pramudya memastikan sirkus ini masih beredar di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ada lima perusahaan yang 'bermain' dalam bisnis ini. "Terakhir kita dapat laporan mereka ada di Bantul," imbuh Pram.
Sejumlah perusahaan besar mendukung perjuangan pecinta binatang tersebut. Misalnya Garuda Indonesia dan Carrefour, dengan tidak lagi mensupport acara sirkus yang melibatkan lumba-lumba itu.
(vit/nrl)