"Memang ada hentakan keras sebelum kecelakaan, tapi saya pikir tidak ada apa-apa," kata Prabowo, penumpang KRL Commuter Line yang berada di gerbong lima, kepada detikcom, Kamis (4/10/2012).
Sesaat setelah adanya hentakan itu listrik mati, penumpang berbong lima kemudian mencoba melihat ke jendela mengapa hentakan itu terjadi. Tenryata gerbong KRL yang ditumpanginya berada di jalur berlawanan. Penumpang masih berfikir hal ini wajar karena memang saat memasuki stasiun jalur KRL sering berpindah-pindah.
"Kita pikir ini mau masuk stasiun, jadi jalurnya berpindah ke jalur sebelahnya," katanya.
Namun setelah diperhatikan ternyata gerbong tiga KRL itu anjlok, dari sinilah penumpang langsung mencoba keluar dari dalam gerbong itu. Namun saat hendak keluar pintu di KRL itu macet karena listrik padam. Akhirnya para penumpang keluar dengan menekan tombol darurat yang ada di kereta itu.
"Saat turun, tangga yang ada di gerbong tidak keluar jadi turunya sangat tinggi," katanya.
Prabowo mengatakan, penumpang kemudian turun secara bergantian. Para penumpang wanita juga harus dibantu turun karena memang sangat sulit untuk turun. Para penumpang juga sempat salah turun di sisi kereta yang lainnya. "Kita sempat salah turun, sehingga harus naik untuk turun di sisi yang dekat dengan stasiun," katanya.
Dari situ penumpang baru tahu kalau kecelakaan itu ternyata cukup parah. Gerbong tiga ternyata terguling menghantam peron yang ada di stasiun tersebut. "Banyak penumpang memutuskan naik ojek dan mobil ke arah Bojong," katanya.
(nal/nwk)