Acara ritual tradisional ini dilakukan dengan cara adu pukul pada bagian kaki yang dilakukan sepasang laki-laki dewasa dengan menggunakan peralatan berupa sebilah rotan sebagai alat untuk memukul.
Di Desa Gumelem Wetan, tradisi Ujungan telah turun temurun serta biasa diselenggarakan pada saat musim kemarau panjang. Karena pada musim ini para petani di desa tersebut sangat membutuhkan air utuk mengairi sawahnya. Menurut kepercayaan sebagian warga di desa tersebut, untuk mempercepat datangnya hujan, para pemain Ujungan harus memperbanyak pukulan kepada lawannya hingga terluka dan mengeluarkan darah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tradisi Ujungan yang merupakan acara ritual yang menggabungkan antara seni musik, tari dan bela diri. Ritual adu pukul ini tetap menjunjung tinggi sportivitas dan persaudaraan, pasalnya untuk setiap pemain yang berani maju dan bertarung harus tetap mengikuti peraturan yang telah diberikan oleh seorang wasit.
"Bertarung bebas, jika berani ya maju, tapi harus memukul antara paha ke bawah dan bukan dari paha ke atas, karena sangat berbahaya jika memukul anatara paha ke atas. Jika ada pelanggaran dimana peserta memukul paha ke atas nanti akan langsung dipisahkan oleh wasit," ungkapnya.
Sebelum para peserta unjungan mengikuti acara ritual ini mereka yang berani akan mengajukan diri untuk ikut bermain. Setelah itu pemain ini akan dikenakan perlengkapan oleh panitia untuk keamanan dirinya.
(arb/rmd)