Saat kedatangan, bandara langsung dibagi menjadi dua bagian. Satu bandara dipakai untuk domestik, dan satu bandara lagi digunakan untuk penerbangan internasional. Penerbangan domestik yang juga mengangkut para penumpang reguler serta peserta sidang tampak sangat sibuk, atau bahkan cenderung semrawut manakala beberapa penerbangan internasional datang dalam waktu yang berdekatan.
Sedangkan bandara internasional yang memang masih gres itu dibuat lebih steril. Manakala datang tamu tingkat kepala negara, maka hampir semua penjemput umum tidak diperbolehkan mendekat kecuali memiliki tanda masuk khusus. Bagi penumpang reguler akan langsung diangkut menuju titik-titik tertentu untuk kemudian berangkat ke tempat tujuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memasuki kota, suasana kota Vladivostok yang biasanya lengang saja, mulai hari kemarin sudah ramai. Tampak banyak sekali orang-orang asing yang utamanya berasal dari negara-negara Asia Pasifik menyemut di semua hotel yang tersedia ataupun pusat keramaian kota. Bahkan, di tengah kota sebuah panggung hiburan dengan musik cadas terdengar sangat keras.
Sebagai konsekuensinya, para polisi berjaga di hampir semua sudut kota. Ada yang di perempatan, dekat pertokoan, sebelah jembatan, ataupun di tengah jalan. Bahkan di jalan bebas hambatan pun beberapa aparat kemananan dengan baju jasnya yang tampak baru tersebut terlihat sangat semangat. Pengerahan aparat keamanan kali ini sangat masif dan terkoordinir dengan rapi.
Yang lebih heboh adalah manakala memasuki Russky Island yang merupakan pulau kecil tempat perhelatan APEC. Pertama, dibuat jembatan penghubung yang tidak memberikan kemungkinan kepada pengendara mobil biasa untuk melewatinya. Hanya mobil dengan tanda sangat khusus yang bisa melenggang setelah dicek pihak keamanan tentang keabsahan tanda masuknya.
Bagi peserta sidang dengan menggunakan kendaraan umum, maka harus melewati sebuah screening di sebuah gedung yang terletak di teluk bawah jembatan. Screening di sini persis di bandara di mana semua barang metal harus diperiksa. Tidak terkecuali, penduduk asli setempat juga harus melewati metal detector ketika keluar dan masuk pulau. Tampak wajah mereka capek dan kesal, namun semua prosedur tetap harus dipenuhi.
Bisa masuk Pulau Russky bukan berarti boleh mengikuti pertemuan di mana saja. Setiap tanda peserta memiliki hologram yang bermakna khusus. Ada yang bisa masuk ruang sidang, namun ada juga hanya untuk gedung kalangan pers. Bagaimana kalau nyelonong saja? Oh, dijamin tidak akan lolos karena di setiap pintu gedung ada petugas dengan jas rapi namun ketegasannya tidak kalah dengan tentara. Alat detector yang dipegangnya senantiasa mampu membaca hologram yang tidak tampak mata secara sekilas.
Tidak heran kalau kemudian ada beberapa wartawan agak kesal tidak bisa masuk gedung tempat seorang menteri sedang melakukan pembicaraan bilateral. Mereka sedang mengejar sang menteri untuk mendapatkan jawaban atas isu yang sedang berkembang. Dengan senyum tegas, petugas mengatakan bahwa wartawan tidak punya akses di gedung dimaksud.
Uniknya lagi, di malam hari, seseorang yang sudah masuk Pulau Russky dijamin akan sulit keluar karena sangat jarang shuttle bus. Bahkan, kalau saja bisa keluar untuk makan malam misalnya, maka taksi yang ditumpanginya hanya akan berhenti di ujung jembatan. Bisa jadi, mereka harus berjalan dua tiga kilometer dan sesampai tujuan nasi yang di perut sudah amblas semua, alias keroncongan lagi.
Apa boleh buat, untuk pengamanan VVIP maka diperlukan sistem pengamanan nomor wahid. Keamanan ketat selalu menimbulkan keyidaknyamanan. Konsekuensinya ada saja yang harus berkorban dengan ikhlas.
*) M Aji Surya, diplomat RI Moskow, delegasi Indonesia di KTT APEC
(asy/asy)