"Dulu pernah mau dijadikan bar, tapi waktu tahun 2000-an itu. Untungnya ditolak sama gubernur waktu itu, Sutiyoso," kata Kepala Seksi Edukasi dan Pameran Museum Bahari, Irfal Guci, saat ditemui detikcom di Museum Bahari Jalan Pasar Ikan 1, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (29/8/2012).
Irfal menyebutkan museum satu-satunya di Jakarta Utara tersebut menyimpan segudang sejarah bahari di Indonesia. Sayangnya, Irfal menilai masyarakat Indonesia masih kurang mencintai sejarah bangsanya, sehingga kondisi museum berkesan kurang diperhatikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Irfal, persoalan yang dialami museum yang bangunannya didirikan oleh VOC ini bisa diatasi jika ada perbaikan manajemen pengelolaan aset sejarah bangsa. Ia menilai jika swasta diberikan kesempatan untuk turut menjaga sejarah bangsa maka kondisi museum di seluruh Indonesia pada umumnya akan lebih cerah.
"Manajemen pengelolaannya yang menjadi masalah utama, nantinya jika ada perubahan management yang lebih baik bisa memperbaiki SDM, maintenance, dana, dan banyak lagi. Jika di bawah pemerintah ya mungkin akan seperti ini terus. Menurut saya, mungkin kalau bisa dibuat semi-pemerintah atau kepemilikan tetap pemerintah tapi pengelolaan oleh swasta," ujar Irfal.
Museum Bahari merupakan museum yang menyimpan 800 koleksi bahari di Indonesia. Mulai dari lukisan perahu tradisional Indonesia, hingga sejarah pelabuhan besar di Indonesia. Sebelum menjadi museum oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta pada tahun 1977, gedung bangunan museum diserahkan VOC ke PT Telkom.
Koleksi, struktur, dan lingkungan sekitar museum banyak dinilai pengunjung kurang terawat dan nyaman. Walau hanya dikunjungi rata-rata 3.000 pengunjung per bulan, 30 persennya adalah turis mancanegara. Bangsa Indonesia kiranya perlu ingat, kebesaran bangsa dilihat dari cara bangsanya menghargai sejarah.
(vid/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini