Sesuai nama jalan, masjid ini diberi nama Niujie. Terletak sekitar 5 Km dari pusat Kota Beijing.
Masjid Niujie berada di kompleks seluas 10 ribu meter persegi. Di dalam kompleks terdapat aula atau ruang utama masjid, dua prasasti di kanan dan kiri, menara yang tingginya hanya 8 meter, tempat mengaji, ruangan dokumentasi, dan lain-lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang berinisiasi membangun masjid ini adalah tokoh asal Arab bernama Nasaruddin. Ia mengawali pembangunan pada tahun 996 M. Para dinasti melengkapinya secara bertahap. Seperti Dinasti Lioa dan Ming yang membangun aula utama, dan dinasti lain melengkapi dengan ruangan atau prasasti lain.
Selain tertua, Niujie ini juga menjadi masjid terbesar di Beijing.
Tidak ada keramaian di masjid tersebut saat tim detikcom berkunjung, Jumat (17/8/2012) sekitar pukul 15.50 waktu China (sama dengan WITA). Hanya ada beberapa pengurus dan jamaah. Sebagian duduk-duduk, sisanya ber-itikaf.
Tapi kian sore, orang berdatangan. Kadang 1-2 orang, kadang datang berombongan. Hampir semua merupakan turis, baik lokal maupun internasional. Turis muslim diarahkan masuk ke masjid untuk berdoa bersama, sedangkan turis non muslim hanya diizinkan melihat dari luar.
Keramaian bertambah menjelang waktu berbuka (sekitar pukul 19.00). Beberapa pria dan perempuan tua berdatangan. "Jamaah kami memang sebagian besar orang tua," kata Direktur Komunitas Muslim Masjid Niujie, Wei Chunjie.
Setiap Ramadan, kata Wei, lebih banyak jamaah yang datang. Selain berbuka bersama, mereka salat tarawih. Kemudian menjelang Idul Fitri, para jamaah akan mengumpulkan zakat untuk didonasikan kepada orang miskin.
"Jamaah kita sekitar 100 orang. Kami bahagia menjadi muslim di sini. Pemerintah sangat terbuka," ungkapnya.
Untuk ukuran Beijing, aktivitas keagamaan di Masjid Niujie boleh dibilang luar biasa. Di tengah keriuhan kota, di sela bangunan megah nan modern, masih terdapat suara-suara seruan kepada Allah. Apalagi Ibukota China ini didominasi penganut Budha.
(try/van)