Tu La Fan Muslim Restaurant namanya. Restoran ini berada di Jalan Niujie, sekitar 5 Km dari jantung Kota Beijing.
Tu La Fan diambil dari nama kawasan di daerah otonom Muslim, Xinjia, tempat kelahiran sang pemilik. Seluruh karyawan beragama Islam tapi berpenampilan seperti orang kebanyakan. Mereka juga tidak fasih berbahasa Arab maupun Inggris.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak hanya Muslim yang suka ke sini, tapi semua. Mereka suka menunya," kata pemandu kami, Bu Peng tapi minta dipanggil dengan sebutan Eric.
Dari bentuk bangunan, Tu La Fan tak terlalu spesial. Persis toko yang didominasi tulisan berhuruf Cina. Yang membedakan dengan bangunan di sekitarnya, hanya di pintu masuk terdapat huruf Arab sebagai pendamping huruf China tersebut.
Karena dikhususkan untuk kaum Muslim, sudah barang tentu menunya dijamin halal. Bentuk makanannya terasa aneh tapi rasanya lumayan akrab di lidah orang Indonesia.
Ada sate kambing. Tusuknya menggunakan besi sepanjang 40 cm, isinya hanya 4-5 irisan. Taste-nya sedikit asin dengan tambahan bumbu merica.
Ada juga udang goreng basah. Bumbunya tak berlebihan, sehingga rasa dan bentuknya sangat terjaga. "Wow, it's delicious," kata anggota tim detikcom usai mencoba menu tersebut.
Di China, tidak afdol rasanya kalau tidak ada dedaunan alias sayur. Lu Tu Yan cukup mengerti akan hal itu. Karenanya dibalik dominasi menu daging, ada tambahan bayam, sawi, dan sayuran lain. Kadang sayur juga dijadikan menu tersendiri seperti sop atau tumis.
Banyak pilihan menu di restoran ini. Harganya pun tak terlalu 'keterlaluan' untuk ukuran sekelas Beijing. Tiap menu dipatok dengan harga 20 - 40 Yuan (1 Yuan sekitar Rp 1.600).
Selain restoran di Jalan Niujie terdapat toko Muslim. Yang dijual tidak beda jauh dengan isi minimarket di Indonesia. Bedanya khusus produk daging berlabel halal.
Jadi, jika Anda sekali waktu ke Beijing, tidak ada salahnya mencoba restoran ini. Bagaimanapun bentuk dan jenis olahannya, taste-nya cocok dengan lidah siapa saja. Dan yang pasti, dijamin halal.
(try/van)