LB Moerdani Tutup Usia
Minggu, 29 Agu 2004 06:45 WIB
Jakarta - Keluarga besar TNI kehilangan salah satu putra terbaiknya. Mantan Panglima ABRI Jendral (Purn) L. Benny Moerdani (72) dini hari tadi, Minggu (29/8/2004) pukul 01.20 WIB, meningggal di Rumah Sakit Angkatan darat (RSPAD) Gatot Subroto.Mantan Panglima Kopkamtib kelahiran Cepu 2 Oktober 1932 ini dirawat di RSPAD sejak tanggal 6 Juli lalu karena stroke dan infeksi paru-paru. Ia ditempatkan di ruang Intensive Care Unit (ICU) lantai 4 dengan kamar bernomor 408. Konfirmasi meninggalnya tokoh penting di dunia intelijen Indonesia ini disampaikan oleh seorang petugas piket RSPAD, Sumanto. "Ya, benar," begitu jawabannya ketika dikonfirmasi detikcom tentang kabar meninggalnya LB Moerdani.Selanjutnya dijelaskan bahwa jenazah sudah dibawa ke rumah duka. "Tadi pagi sudah dibawa ke kediaman," katanya ketika dihubungi melalui telepon, Minggu (29/8/2004) pagi.Almarhum dibawa ke rumah duka di Jalan Hang Lekir IV, Jakarta Selatan. Menurut rencana pukul 07.00 WIB ini akan digelar kebaktian di rumah duka. Kemudian, pada pukul 10.00 WIB jenazah dibawa ke Mabes TNI, dan siang harinya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.Disegani & KontroversialSemasa hidupnya jenderal bintang empat itu pernah menjadi orang yang paling disegani di negeri ini. Pada saat menjabat Menhankam/Panglima ABRI, pria kelahiran Cepu, Jawa Tengah, ini disebut-sebut sebagai orang nomor dua terkuat setelah Presiden Soeharto. Benny--begitu L.B. Moerdani disapa--juga dikenal prestasinya dalam menata organisasi intelijen di tubuh militer. Benny dikenal sebagai penggagas Badan Intelijen Strategis (Bais) pada 1983. Lembaga intelijen ini melengkapi lembaga serupa yang sudah dulu ada yakni Badan Koordinasi Intelijen Negara (1969).Tak hanya itu, mantan Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban ini juga sukses dalam sejumlah operasi militer. Di antaranya Operasi Seroja di Timor Timur pada 1975 dan Operasi Woyla 1981. Selain itu, pria kelahiran 2 Oktober 1932 ini juga sukses mereorganisasi sejumlah komando daerah militer semasa menjadi Pangab.Di balik kesuksesan itu, Benny juga tak luput dari catatan hitamnya. Sebut saja, tragedi berdarah Tanjung Priok 12 September 1984. Benny yang saat itu menjabat sebagai Panglima ABRI diduga bertanggung jawab atas kasus pelanggaran berat hak asasi.
(gtp/)