Untuk menghindari kepunahan amfibi yang lebih banyak, pengembangbiakan amfibi dilakukan berbagai kalangan di beberapa negara. Misalnya saja pengembangbiakan spesies katak di Madagaskar, salamander di Amerika Utara, dan katak merah di Taman Nasional Gede Pangrango, Jawa Barat.
Amfibi banyak yang punah karena selain diburu manusia, kondisi lingkungan yang berubah sehingga membuat beberapa jenis amfibi tak bisa bertahan, serta adanya serangan jamur chytrid. Bagi amfibi, jamur ini memang mematikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Atretochoana eiselti, Amfibi yang Mirip Penis
(gadgets.ch)
|
Binatang tersebut ditemukan setelah sejumlah teknisi mengeringkan sungai untuk membuat dam baru di Sungai Madeira. Kala itu 6 ekor hewan dengan panjang badan sekitar satu meter ini ditemukan. Demikian dilansir Dailymail, 1 Agustus 2012 lalu.
Sejumlah kalangan menyebut hewan ini sebagai 'ular buta'. Para ilmuwan meyakini binatang ini memiliki hubungan dekat dengan salamander dan katak. Ditengarai hewan ini merupakan hewan langka yang hanya terlihat secara sporadis sejak ditemukan pertama kali pada 1968.
Saat awal ditemukan, para ahli memasukkan hewan ini ke marga Typhlonectes. Namun pada 1996 hewan ini dimasukkan ke genus Potomotyphlus.
Berdasar informasi dari Wikipedia, spesies ini tidak memiliki kaki, paru-paru, hidup di air serta bernapas melalui kulit. Ilmuwan mengkategorikan hewan ini sebagai Sesilia yang termasuk dalam ordo amfibia yang bertubuh serupa cacing besar atau ular. Diduga spesies ini makan ikan kecil dan cacing untuk bertahan hidup.
2. Katak Ungu
(bbc.co.uk)
|
Para ilmuwan menemukan katak ini di India barat pada 2003. Katak ini sulit ditemukan lantaran berada di dalam tanah hingga kedalaman 4 meter sekian lama.
Nasikabatrachus sahyadrensis, demikian nama latin katak yang berasal dari famili Sooglossidae ini. Selain katak ungu, spesies ini disebut juga sebagai katak hidung babi dan katak donat.
Franky Bossuyt, ahli biologi dari Universitas Brussels di Belgia, dan rekannya, SD Biju adalah para penemu katak tersebut. Penamaan ilmiah katak itu adalah dari bahasa Sansekerta, nasika yang berarti hidung dan batrachus yang berarti katak. Sedangkan Sahyadri adalah nama gunung tempat katak ditemukan.
Awalnya, katak ini diberi nama famili sendiri yaitu Nasikabatrachidae. Namun kemudian dikategorikan dalam famili Sooglossidae, yakni jenis katak yang ditemukan di pulau-pulau Seychelles.
Diduga katak ungu ini berevolusi sekitar 130 juta tahun lalu sebelum daratan besar yang disebut Gondwana terpecah-pecah. Konon India pada jutaan tahun lalu sempat bergabung dengan Seychelles sebelum akhirnya berpisah.
Meski satu famili dengan katak sooglossids yang hidup di Seychelles, namun sebenarnya mereka adalah kerabat jauh.
Katak ini lebih suka bersembunyi di bawah tanah dan keluar saat musim hujan, itu pun hanya sekitar dua pekan setiap tahun. Saat inilah katak ungu memanfaatkan waktu untuk kawin. Setelah itu katak ini akan kembali menghilang.
Tubuh katak ungu hampir sama dengan sebagian besar katak lainnya, hanya saja tubuh katak ungu lebih bulat. Lengan dan kakinya melebar keluar dari tubuhnya. Kepala katak ini lebih kecil daripada katak lain dan memiliki moncong runcing.
Katak ini digambarkan memiliki panjang sekitar 7 cm dari moncong hingga bagian paling belakang. Katak ungu juga bisa mengeluarkan suara yang mirip seperti suara ayam. Disebut katak ungu, karena kulitnya yang memang berwarna ungu.Semakin ungu, semakin dewasalah katak itu.
3. Olm, Si Amfibi Buta
(bbc.co.uk)
|
Spesies ini bisa beradaptasi di kawasan bawah tanah yang gelap. Daerah tanpa cahaya bukan masalah besar bagi olm karena matanya tidak berkembang, sehingga benar-benar buta.
Indra pendengaran dan penciuman yang luar biasa membuat olm mampu bertahan hidup. Satu lagi kelebihan olm adalah dapat bertahan hidup tanpa makanan selama 10 tahun. Kendati termasuk amfibi namun olm sepenuhnya tinggal di air.
Olm disebut juga sebagai ikan manusia karena warna kulitnya mirip dengan orang kulit putih. Hewan ini memiliki panjang sekitar 20-30 cm, namun beberapa di antaranya mencapai panjang 40 cm. Ekornya relatif pendek. Olm juga punya lubang hidung yang sangat kecil di dekat ujung moncongnya.
Spesies ini memiliki 3 jari pada semacam tangan di bagian depan, dan 2 jari pada kaki belakangnya. Insang eksternal yang membentuk dua jumbai bercabang di bagian belakang kepala digunakan sebagai alat pernafasan. Paru-paru belum sempurna dalam tubuhnya diduga hanya asesoris dalam proses respirasi. Olm jantan memiliki kloaka yang lebih tebal daripada olm betina.
Di Slovenia pada tahun 1982, olm masuk daftar spesies langka dan terancam punah. Di Kroasia, olm juga masuk dalam UU sebagai hewan yang dilindungi.
4. Katak Darwin Chili
|
Spesies dengan nama latin Rhinoderma rufum ini hidup di daun, sampah dan juga di hutan. Namun sepertinya katak ini sudah punah, karena tidak lagi terlihat penampakannya sejak 1978.
Nah, katak jantan darwin chili tidak segan 'mengasuh' anak-anaknya. Si jantan akan mengambil telur lalu meletakkannya di vocal sac-nya hingga menetas menjadi kecebong. Butuh waktu 8 hari bagi telur-telur itu untuk menetas.
Ketika telur sudah menetas, lalu si katak jantan ini akan membawanya ke sungai. Di sanalah para kecebong itu dilepas untuk melanjutkan proses metamorfosisnya.
Tidak banyak yang diketahui dari jenis katak ini. Yang jelas hilangnya habitat dan polusi ditengarai sebagai penyebab kepunahan katak ini.
5. Salamander Raksasa China
|
Konon, binatang ini sudah hidup sejak lebih dari 100 juta tahun lalu, atau sebelum zaman Tyrannosaurus Rex (T-rex). Salamander raksasa ini memiliki kepala besar, mata kecil dan kulit gelap berkerut-kerut.
Spesies ini suka hidup di dalam gua, maupun di aliran air dingin pegunungan. Serangga, kodok, dan ikan adalah makanan amfibi ini.
Sebagaimana olm, salamander raksasa ini juga memiliki mata yang tidak berkembang atau tidak berfungsi dengan baik. Karena itu dia memanfaatkan semacam sensor khusus di dahinya untuk mendeteksi pergerakan di sekitarnya.
Halaman 2 dari 6
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini