"Jangan terburu-buru menjustifikasi SARA, liat dulu konteksnya seperti apa. Menyikapinya biasa saja nggak usah over reaktif, dan jangan lebay," ujar Juru bicara Foke-Nara, Yuddy Chrisnandi, saat dihubungi detikcom, Jumat, (3/8/2012).
Menurut Yuddy, dalam konteks Pilkada DKI, tidak semua pandangan masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianut dari masing-masing kepercayaan bisa disebut sebagai SARA. Misal, Islam berpandangan memilih pemimpin itu harus seorang muslim, itu bukan SARA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mencontohkan, jika pada kenyataanya Jokowi itu seorang muslim, atau Ahok seorang penganut protestan itu adalah sebuah fakta. Begitu juga Foke atau Nara yang menganut ajaran Islam.
"Jadi biarkan masyarakat melihat fakta itu, karena masyarakat tidak bodoh dan tidak mudah diadu domba," tuturnya.
Soal isu SARA yang dilontarkan penyanyi Rhoma Irama, ia menilai hal itu sebagai kewajaran, karena disampaikan dalam konteks keyakinan dan homogen.
"Belum apa-apa disebut SARA, padahal menurut saya itu sesuatu yang wajar karena dalam konteks keyakinan. Bahkan Rhoma siap diklarifikasi untuk dimintai keterangan," kata Yuddy.
"Kalau kemudian itu disebut penggiringan opini, kita kan beradu strategi bagaimana membangun koalisi. Sehingga kesempatan yang diberikan oleh demokrasi ini bisa dimanafatkan untuk menang," lanjutnya.
(iqb/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini