Setahun kemudian, Bolt melesat beberapa meter di depan sprinter lain dan kembali memecahkan rekor dunia lari 100 meter dengan waktu 9,58 detik. Banyak analis yakin, jika terus memacu kakinya hingga garis finis, Bolt akan menjadi manusia pertama dan satu-satunya yang bisa menembus batas 9,5 detik.
Sebuah rekor yang sebelumnya sulit dibayangkan bisa dicapai manusia. Jika Bolt atau para sprinter Jamaika—Yohan Blake dan Asafa Powell—bisa menembus 9,5 detik, mampukah mereka berlari sepanjang 100 meter dengan waktu kurang dari 9 detik?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Profesor John D. Barrow, dosen matematika di Cambridge University, Inggris, punya tip untuk Bolt supaya dia bisa memecahkan rekornya dan barangkali bisa menembus waktu 9 detik. Menurut Profesor Barrow, tanpa perlu banyak usaha, sebenarnya Bolt bisa mencetak rekor 9,45 detik.
“Pertama, reaksi Bolt saat start sangat buruk untuk kelas sprinter seperti dia,” kata Profesor Barrow beberapa waktu lalu. Jika Bolt bisa memperbaiki tolakan kaki pertamanya, menurut Barrow, dia bisa memangkas waktu menjadi 9,53 detik.
Kedua, Bolt bisa memanfaatkan kecepatan angin hingga batas yang diperkenankan, yakni 2 meter per detik. Dengan cara ini, lagi-lagi Bolt bisa mengurangi waktunya menjadi 9,48 detik. Cara ketiga, berlari di dataran tinggi. Menurut aturan internasional, ketinggian lokasi lomba yang diperkenankan adalah 1.000 meter. Jika Bolt bisa berlari di dataran tinggi, mungkin Bolt bisa memangkas lagi catatan waktunya menjadi 9,45 detik.
“Kita masih jauh untuk memahami berapa batas kecepatan Usain Bolt dan sprinter lainnya,” kata Barrow. Peter Weyand, peneliti olahraga dari Southern Methodist University, mengatakan sangat sulit menghitung batas maksimum kemampuan seorang sprinter. “Lari jarak pendek merupakan sebuah lubang hitam,” katanya.
Geoffroy Berthelot, peneliti olahraga di INSEP, Prancis, menelusuri pemecahan rekor olahraga sejak Olimpiade modern pertama 1896 hingga kompetisi pada 2007. Menurut Berthelot, 63 persen cabang olahraga relatif berhenti mencetak rekor baru sejak 1993. “Catatan waktu atau rekor itu sudah mendekati stagnan,” katanya. Beberapa rekor dunia di cabang lompat jauh dan tolak peluru memang sudah berumur lebih dari 20 tahun.
Berthelot menghitung, pada 2027, batas kemampuan fisik atlet sudah hampir menyentuh titik maksimum. Olimpiade bakal semakin miskin dengan rekor-rekor baru jika tak ditolong dengan teknologi-teknologi ajaib.
Artikel ini telah dipublikasikan di Harian Detik edisi Rabu 25 Juli 2012. Anda juga bisa membaca artikel lainnya:
-Atlet Olimpiade Muslim Diizinkan Tidak Berpuasa
(nrl/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini