"Pasar Gaya ini khusus buka hari sabtu-minggu, dari pagi sampai siang," kata Dudu, konsul muda KJRI Sabah yang menemani detikcom, Minggu (29/7/2012).
Usai memasuki Malaysia Monument, air mancur berada di tengah jalanan yang cukup luas itu. Setelah itu sebuah jalan yang cukup lebar ditutup dan di isi dengan tenda bazar yang menjual berbagai aneka cindera mata. Dari baju, aksesoris hingga anak anjing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada pula topeng, hiasan dinding atau kacamata hitam. Seakan tidak percaya, ada juga blankon loh yang dijual. Bahkan gansing dari bambu pun ikut dihamparkan di atas meja.
"Kinabalu boleh dikatakan memang tidak punya budaya khas. Makanya banyak cinderamata yang diambil dari Indonesia lalu dijual lagi di sini," kata Konsul Sosial-Budaya KJRI Sabah, Iman Rokhadi.
Kain pantai pun bermotif Bali. Kain batik dan sarung di impor dari Samarinda. Bedanya, semua yang dijual di Pasar Gaya ini hanya ada 3 tulisan yaitu Malaysia, Sabah atau Kinabalu. Dari gantungan kunci, kaos hingga hiasan dinding.
"Banyak juga yang beli di Tanahabang lalu dijual lagi di sini. Mereka tinggal kirim email desain, lalu barang dikirim pakai paket dari Tanahabang," ujar Imam.
Di salah satu suduh jalan, terdapat pemandangan unik. Sekitar 25 orang tuna netra duduk berjejer dengan memakai kacamata hitam. Sementara di depannya duduk para pengunjung dengan kaki menjulur ke depan orang tuna netra tersebut. Selidik punya selidik mereka merupakan tukang pijit refleksi yang tergabung dalam sebuah sarikat. Sekali refleksi dengan durasi 30 menit, dikenai tarif RM 20 atau sekitar Rp 60 ribu.
(asp/mpr)