Tahu-tempe itu merupakan hasil razia yang dilakukan oleh anggota Gabkoptindo (Gabungan Koperasi Pengrajin Tahu-Tempe Indonesia) yang dipimpin oleh Suyanto selaku Sekjen Gabkoptindo. Sampai saat ini, tahu-tempe yang dirazia ditampung dalam 25 box berwarna.
"Hampir ratusan kilo," ucap Suyanto kepada detikcom, Rabu (25/7/2012), perihal banyaknya tahu-tempe yang sudah disita itu. Tahu-tempe sebanyak itu, hingga saat ini dibiarkan begitu saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang, razia tahu-tempe ini digunakan untuk menekan pemerintah agar lebih baik mengurus kenaikan kedelai yang sangat signifikan belakangan ini. "Bulan Juni harga kedelai masih Rp 6.500 per kilo. Bulan Juli sudah mencapai Rp 8.200," jelas Suyanto yang memakai kacamata saat menjelaskan kenaikan kedelai belakangan ini.
Ketika ditanya oleh Detikcom, apakah tahu-tempe itu akan dipergunakan, misalnya untuk digoreng dan diberikan kepada rakyat miskin sebagai lauk sahur? Suyanto hanya menjawab dengan santai, "Itu bukan milik kita. Kalau kita pakai atau bagikan, kita yang salah."
Hingga saat ini, tahu-tempe yang dirazia dari sejumlah pasar, antara lain pasar Rawamangun, Pasar Klender,dan Pasar Ciracas, hanya didiamkan begitu saja. Didiamkan dan menjadi berbau, menunggu untuk dibuang, menjadi sesuatu yang mubazir.
(gah/gah)