Itulah kisah Dubes RI untuk AS, Dino Patti Djalal. Kisah tersebut termuat dalam buku 'Life Stories: Resep Sukses dan Etos Hidup Diaspora Indonesia di Negeri Orang'.
Dalam buku itu Dino mengisahkan saat menjadi tukang cuci piring, bosnya kerap memberi tip $10 usai bekerja. Bosnya kala itu itu adalah almarhum Pak Ngkon. Bukan hanya pernah menjadi tukang cuci piring, tetapi juga pernah menjadi pekerja di gudang KBRI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ke mana-mana Dino muda selalu membawa buku temuannya itu. Dia begitu terpesona dengan kata-kata Bung Karno sehingga berulang-ulang membaca buku tersebut. Buku itulah yang semakin membuat Dino tertarik pada ilmu politik dan diplomasi.
Saat ABG, Dino memang sudah menginjakkan kaki di AS. Maklum ayahnya kala itu adalah wakil duta besar. Namun hal itu tidak membuatnya sungkan untuk mengambil pekerjaan sambilan. Apalagi di AS, banyak remaja yang bekerja sambilan sembari sekolah.
Setelah agak besar lagi, Dino bekerja sambilan sebagai pelatih tenis, koki di restoran, penjaga tiket bioskop, towel boy di tim basket, dan asisten dosen. Gaji yang didapat umumnya setingkat minimum wage lebih sedikit dan tambahan penghasilan dari tip.
"Motivasi saya dalam bekerja adalah untuk mencari uang sendiri karena saya tidak suka merengek-rengek minta uang kepada orang tua," kata Dino dalam penuturan di buku.
Kalimat dari orang tua yang melekat benar di benak Dino adalah ketika ayahnya berkata, "Kamu mungkin merasa kecil hati sekarang tapi kamu anak yang paling beruntung. Pengalaman kerja ini akan mengubah hidup kamu, dan membuat kamu jadi orang".
Apa yang disampaikan sang ayah ternyata benar. Pengalaman kerja membuat Dino bertanggung jawab, menghargai aturan, disiplin, dan kalkulatif. Pengalaman kerja di berbagai bidang itu memberi sumbangsih besar pada Dino yang bertahun-tahun kemudian dipercaya sebagai Duta Besar.
Karena pernah menjadi pekerja kerah biru, saat menjadi juru bicara presiden ataupun duta besar, Dino bisa lebih menghargai pelayan, karyawan, ataupun cleaning service. "Saya selalu memperlakukan mereka sebagai orang, dan selalu menatap bola mata mereka dan melempar senyum," ujar pria yang menginjakkan kaki pertama kali di AS pada 1979 ini.
Dino masuk Deplu pada 1987. Dia dipercaya menjadi asisten Dirjen Politik Wiryono Sastrohandoyo setelah menyelesaikan latihan di Pusdiklat dan merampungkan MA dari Simon Fraser University. Sebenarnya keinginan Dino adalah masuk Direktorat Organisasi Internasional, namun akhirnya dia memetik pelajaran berharga. "Sometimes not getting what you want is a wonderful stroke of luck," begitu kata Dalai Lama.
Ternyata sebagai asisten Dirjen Politik malah membuahkan jenjang karier yang lebih bermanfaat bagi Dino. Dia dibolehkan memilih posting, dan pilihan itu jatuh ke KBRI London. Di sana Dino berkesempatan meraih gelar doktor.
Salah satu hal penting lainnya adalah saat Dino mengikuti world debate yang digelar BBC soal Timor Timur. Dari situ, dia mendapat promosi yang lumayan. Bahkan Dino pada 1999 ditugaskan menangani konflik Timor Timur.
Dino kemudian dipercaya sebagai jubir presiden sebelum kemudian diangkat sebagai Dubes RI untuk AS. Untuk menduduki posisi-posisi itu, Dino mengembangkan kemampuan profesional pribadi yang dianggap strategis yakni policy handling, analisa, berpidato, speech writing, lobbying, dan leadership. Dino mengaku mengasah kemampuan itu dengan susah payah, bukan datang secara alami sejak awal.
Dalam perjalanan kariernya, Dino merangkum hal-hal yang perlu diperhatikan. Hal-hal itu antara lain terbuka pikiran, tidak meremehkan hal-hal kecil, dan bahwa ketekunan lebih penting daripada bakat. Selain itu jangan menganggap diri penting dan tahu segalanya, bahwa ambisius itu bagus, dan jangan ragu atau takut tampil beda.
Bagi Dino, hubungan dengan orang lain juga sangat penting dalam mencapai sukses. Menjaga integritas juga hal yang tak boleh dipinggirkan. Hal lain yang tak kalah penting adalah menjadi diri sendiri, "Define yourself; don't let others define you," begitu ucap Dino.
"Shine through your achievement. Anda boleh saja merasa diri unik, nyentrik, dan hebat, namun tanpa suatu prestasi Anda tidak akan dianggap orang," kata Dino yang lebih ditujukan kepada ketiga anaknya.
(vit/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini