"Sudah masuk cagar budaya. Ini sebagai satu penggalan bahwa Jateng pernah melewati masa menjelang perang dunia kedua," kata Gutomo saat dihubungi melalui telepon, Selasa (10/7/2012).
Tindakan berikutnya yang akan diambil BP3 adalah penyelamatan, pemugaran dan pemeliharaan. Gutomo mengimbau jika ada pembangunan fasilitas di sekitar bunker diharapkan menghubungi pihak BP3 terlebih dahulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gutomo menjelaskan bungker tersebut diperkirakan dibangun sebelum pendudukan Jepang, sekitar tahun 1930-an. Bungker diperuntukkan untuk berlindung warga, namun belum bisa dipastikan apakah bungker itu pernah dipakai atau belum.
"Memang bungker persiapan menghadapi perang dunia kedua dan diperuntukkan kepada warga sipil," katanya.
Hasil kajian bungker di RS Kariadi yang dilakukan oleh BP3 akhir Juni lalu sudah dikirimkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang dan RS Kariadi Semarang.
Sementara itu Humas RS Kariadi, Darwito mengaku hingga kini belum menerima surat kajian dari BP3. Meski demikian pihaknya siap untuk menggeser proyek IPAL jika bungker tersebut dijadikan cagar budaya.
"IPAL dipindahkan tidak masalah. Kami tetap menghargai cagar budaya," ujar Darwito.
Bungker tersebut ditemukan oleh pekerja proyek pada tanggal 23 Juni lalu dan memiliki ketebalan 42 cm, lebar 2 meter, serta kedalaman 5,2 meter. Ketinggiannya sendiri diperkirakan mencapai 2 meter. Di dalam bunker juga ditemukan instalasi lampu.
(alg/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini