"Sebagian data dari AS akan juga diberikan ke kita. Seperti dokumen-dokumen dan film-film bagaimana tentara Amerika mendarat di sini. Termasuk tanah sini sudah kita serahkan ke Museum MacArthur di Virginia, Amerika Serikat," kata Thaib kepada wartawan di lokasi proyek Sail Morotai, Rabu (4/7/2012).
Kisah MacArthur mengingatkan kisah Jenderal bintang empat ini mengirimkan perintah rahasia tertanggal 23 Agustus 1944. Dalam surat rahasia yang dikirim ke seluruh anak buahnya, dia memerintahkan penyerangan Pulau Morotai yang saat itu diduduki Jepang. Hal ini sebagai strategi lompat katak, yaitu setelah Biak loncat ke Morotai untuk menjadi batu loncatan sesungguhnya: Filipina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama 2 jam, Red Beach dihujani tembakan dan rudal dari laut dan udara dan menguasai pantai pukul 08.30 pagi waktu setempat. Kekuatan Sekutu yang mencapai 100 kali lipat membuat Jepang kalang kabut dan ambil langkah mundur ke bukit-bukit. Tentara Sekutu pun menduduki desa- desa di Morotai seperti Totoduko, Baru, Gutatalamo dan Jubod.
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Jenderal MacArthur segera memindahkan markasnya di Papua ke Morotai dengan ditandai pembangunan 7 landasan udara atau biasa dikenal Pitoe Airstrip. Bandar udara militer ini menjadi salah satu pangkalan udara Sekutu terbesar di wilayah Pasifik.
"Kami mengundang Veteran FNG hadir dalam Sail Morotai beserta Veteran perang dari Australia, Selandia Baru, Belanda, Jepang dan para Veteran Perang Trikora pada puncak acara yaitu 15 September 2012 ini," ujar Thaib.
(asp/trq)











































