Twilite Orchestra di Konzerthaus Angkat Citra Seni Budaya Indonesia

Laporan dari Berlin

Twilite Orchestra di Konzerthaus Angkat Citra Seni Budaya Indonesia

- detikNews
Jumat, 22 Jun 2012 03:37 WIB
Berlin - Tampil di Konzerthaus Berlin, Gendarmenmarkt, sebuah gedung konser prestisius yang juga pernah dipakai Beethoven, Wagener, Liszt, Paganini dan Bernstein, Addie MS dan Twilite Orhestra mendapat sambutan luarbiasa.

Penampilan Addie MS dan Twilite Orchestra (19/6/2012) itu kembali mengukuhkan keunggulan bangsa Indonesia dalam berseni budaya, bukan hanya seni budaya tradisional unik warisan nenek moyang, melainkan juga mumpuni dalam menguasai seni orkes simfoni yang berakar dari budaya Eropa.

Standing ovation dari 1.200 penonton langsung bergemuruh setiap kali Addie MS & Twilite Orchestra selesai memainkan komposisi, yang totalnya ada 9 karya komponis asing dan Indonesia, serta 3 komposisi tambahan (encore): Bengawan Solo, Manuk Dadali dan Janger.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diawali dengan 'Festive Overture' karya Shostakovich, disusul 'Tabuh-tabuhan' gubahan Colin McPhee, seorang komponis asal Kanada yang telah lama menetap di Bali. Komposisi ini merupakan simfoni bernuansa Bali, dengan dominasi instrumen perkusi Barat dan Bali, serta diperkuat dua piano oleh Johannes S. Nugroho dan Levi Gunardi.

Aplaus penonton di Konzerthaus Berlin dari kalangan pejabat tinggi pemerintah Jerman, korps diplomatik, politisi, akademisi, bisnis, LSM, komunitas musik klasik dan Friends of Indonesia kembali membahana ketika Addie MS & Twilite Orchestra dengan solis piano Levi Gunardi mendentangkan nada akhir 'Rapshody in Blue' karya George Gershwin.

Apresiasi kuat dalam atmosfer syahdu dan khidmat membuncah ketika soprano Aning Katamsi melantunkan Cacilie, sebuah lagu Jerman karya Richard Strauss disusul lagu Rangkaian Melati gubahan R. Maladi.

Begitu vokal Aning Katamsi menguap di langit-langit Konzerthaus, soprano Jerman Bettina Jensen menyusul dengan membawakan lagu Tanah Airku. Pengucapan Bettina yang cukup fasih dalam membawakan lagu gubahan Ibu Soed tersebut mengundang decak kagum.

Dua soprano, Aning Katamsi dan Bettina Jensen, seolah mengukuhkan konser malam itu sebagai pertemuan dua kebudayaan saling bersahabat, Indonesia dan Jerman, demikian disampaikan Counsellor Fungsi Pensosbud KBRI Berlin Ayodhia GL Kalake kepada detikcom.

Sementara itu paduan suara Twilite Chorus tampak sangat padu saat membawakan lagu tradisional Bali, Janger, dengan aksentuasi tepukan tangan berirama dan hentakan kaki, yang membuat komposisi gubahan ulang oleh Anggita Lubis itu lebih dinamis.

Kemudian Daniel Christianto dengan suara khas baritonnya juga tampil dengan penghayatan prima saat membawakan komposisi karya Ismail Marzuki dan cukup menghipnotis penonton ke dalam aura sakral.

Konser ditutup dengan Nyanyian Negeriku yang merupakan medley lagu-lagu daerah Indonesia hasil aransemen Singgih Sanjaya. Lagu-lagu seperti Beungong Jeumpa sampai Yamko Rambe Yamko seakan mengajak penonton berkeliling Indonesia melalui karya-karya abadi tersebut.

Meskipun medley ini menandai berakhirnya konser, namun penonton di Konzerthaus Berlin seolah tak mau beranjak dari tempat duduknya dan terus memberikan standing ovation berulang-ulang sehingga mendorong Addie M.S. mengajak Twilite Orchestra membawakan 3 encore yaitu Bengawan Solo, Manuk Dadali dan Janger.

"It was really great. Fantastic!" ujar Thorsten Gitz, guru musik dan sekaligus pianis handal dari Berlin.

"I was taken to Indonesia by the songs and wonderful music played by Twilite Orchestra. I will ask to be posted to Indonesia next time (Saya terbawa ke Indonesia oleh nyanyian dan musik luarbiasa yang dimainkan oleh Twilite Orchestra. Saya akan minta supaya lain kali ditempatkan ke Indonesia," ujar Ftouhi Jamila, diplomat senior Kedubes Maroko di Berlin.

Adapun Kristof, seorang pecinta Indonesia, menyebut lagu Janger sebagai favoritnya dan mengatakan bahwa penampilan Twilite Orchestra dan Twilite Chorus malam itu layak diacungi jempol. Bahkan, beberapa tokoh masyarakat Indonesia yang sudah lama menetap di Jerman mengaku sempat meneteskan airmata haru saat komposisi Indonesia dimainkan dengan syahdu.

Dubes RI untuk Republik Federal Jerman Dr. Eddy Pratomo menyatakan kebanggaannya atas penampilan orkes simfoni Indonesia Twilite Orchestra di Berlin dan menilai keberhasilan konser Addie MS cs itu layak menjadi inspirasi.

"Konser Twilite Orchestra ini menjadi sajian puncak peringatan 60 tahun hubungan diplomatik RI-Jerman, sekaligus menjadi duta Indonesia dalam misi mengemban diplomasi budaya," ujar Dubes.

Menurut Dubes, penampilan Twilite Orchestra yang mengusung tema Enchanting Harmony: a Musical Journey to the East dinilai berbagai kalangan berhasil membangun dialog antara musik klasik bersumber dari budaya Barat dengan musik tradisional Indonesia secara cantik, padu, dinamis, dengan penggarapan komposisi sangat cemerlang.

"Lagu-lagu seperti Janger, Begawan Solo, Manuk Dadali dan lain-lain dengan komposisi indah ternyata layak disandingkan dengan berbagai komposisi rumit musik klasik Eropa," pungkas Dubes.

Sebelumnya Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dr. Sapta Nirwandar dalam sambutannya pada acara Coktail Reception di Ludwig van Beethoven Saal, mengatakan bahwa kehadiran Twilite Orchestra tidak hanya untuk musik, tetapi juga sebagai duta budaya Indonesia yang dapat meningkatkan hubungan bilateral Indonesia dan Jerman yang menginjak usia ke-60.

Sapta mengajak para undangan untuk mengunjungi, menikmati dan menjelajah Wonderful Indonesia, yang tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga kaya seni dan budaya. Sapta juga berharap sinergi antara Kemenparekraf dengan Perwakilan Indonesia di luar negeri dapat terus ditingkatkan untuk mendorong kunjungan wisatawan manca negara dan menciptakan peluang ekonomi.

Addie MS sendiri seusai konser menyatakan rasa terima kasihnya kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia dan KBRI Berlin yang telah memprakarsai Twilite Orchestra sebagai orkes simfoni Indonesia yang pertama tampil di Eropa. Sebelumnya Twilite Orchestra pernah tampil di Sydney Opera House, Australia (2009).

Musikus penggemar cappuccino dan cerutu Kuba ini juga mengaku bangga bahwa Twilite Orchestra dapat tampil di gedung konser sangat prestisius dan bersejarah, Konzerthaus Berlin, dimana para komponis legendaris dunia pernah tampil di dalamnya.

Addie berharap agar pemerintah Indonesia terus mendukung perkembangan orkes simfoni di tanah air, bukan saja sebagai bentuk kesenian tetapi juga sebagai alat sangat efektif untuk diplomasi budaya.

Kesuksesan penampilan Twilite Orchestra di Jerman yang merupakan tempat lahirnya berbagai komposer musik klasik dunia membuktikan bahwa orkes simfoni Indonesia memang layak ditampilkan di dunia internasional.
(es/es)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads