"Dia ini residivis, pernah ditahan untuk kasus serupa tahun 2010 lalu," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Toni Harmanto, kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (8/6/2012).
Sementara itu, Kasubdit Resmob Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan mengatakan Doni pernah ditangkap aparat Resmob Polda Metro Jaya pada tahun 2010 atas kasus serupa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Doni kakinya buntung karena ditembak petugas di Lampung tahun 2005 lalu. Dia pernah merampok di sana," kata Herry.
Lantaran kaki kirinya tidak sembuh pascaterkena tembakan, Doni kemudian diamputasi. Karena keterbatasannya itu, Doni kemudian beralih profesi, menjadi penjual senjata api ilegal.
Di kalangan para pelaku kejahatan, nama Doni Buntung sudah tersohor. Doni Buntung dipercaya oleh para perampok untuk menjembatani para perampok dengan perakit untuk mendapatkan senjata api.
"Doni mengambil senpi rakitan dari tersangka Teten untuk dijual kembali," katanya.
Untuk sepucuk senjata api yang dibeli di tempat atau diambil langsung melalui Doni Buntung dijual seharga Rp 3,5 juta. Namun, jika pemesan berada di luar wilayah maka Doni akan menetapkan harga yang berbeda.
"Kalau diantar langsung oleh Doni ke tempat si pembeli itu lain lagi harganya, ada ongkos kirimnya, bisa mencapai Rp 5 juta" ujarnya.
Meski hanya berkaki satu, Doni Buntung mau mengantarkan langsung senjata api yang dipesan kelompok kejahatan.
"Dia kirim ke Lampung, Palembang dan daerah Jawa itu sendirian," katanya.
Namun, nama Doni Buntung kini hanya tinggal kenangan. Ia tewas setelah petugas memberondongnya dengan peluru dalam aksi pengejaran pada Jumat dini hari tadi.
(mei/aan)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini