Geolog Tak Temukan Bebatuan Buatan Manusia di Gunung Padang Majenang

Geolog Tak Temukan Bebatuan Buatan Manusia di Gunung Padang Majenang

- detikNews
Jumat, 01 Jun 2012 13:49 WIB
Purwokerto - Tim Geologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto tidak menemukan jejak bebatuan mirip punden berundak di Gunung Padang, Majenang, Jateng. Tim geologi menyebut batuan itu tersususn karena fenomena alam.

"Hasil penelitian singkat mengenai faktor litologi batuan dan fenomena geologi di Gunung Padang Majenang tidak ditemukan adanya batuan yang tersusun akibat peradaban manusia pada saat itu atau zaman Kerajaan Padjajaran menjadi sebuah bangunan situs," kata Ketua Tim Geologi Unsoed, Muhammad Aziz dalam rilis yang diterima detikcom, Jumat (01/6/2012).

Atas hasil temuan ini, tentu bisa ditarik kesimpulan awal, bahwa Gunung Padang di Majenang ini berbeda dengan punden berundak di Gunung Padang, Cianjur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bebatuan yang tersusun di sekitar lokasi di Gunung Padang, Majenang tersebut merupakan akibat proses fenomena murni pembentukan suatu tubuh bebatuan beku yang berupa Retas Andesit dengan pola struktur kekar kolom akibat adanya tegasan ketika mendingin dan mengkerut sehingga terbentuk pola prisma segi lima, empat, enam maupun delapan.

"Bentuk pola segi enam dan delapan, tidak seperti hasil karya peradaban manusia pada saat itu (teknologi Megalitikum-red) hanya meyakini pola bentuk segi empat yang dapat mudah dibentuk, tidak berbentuk segi prisma lainnya," jelas Aziz.

Karakteristik batuan retas andesit yang berada di wilayah tersebut merupakan tubuh bebatuan yang segar (fresh) dengan kenampakan warna abu-abu terang dan sebagian abu-abu gelap sebagian berwarna abu-abu gelap. Di prediksikan bebatuan terserbut berasal dari Miosen Akhir. Penyebaran batuan tersebut juga tidak begitu luas.

"Diduga bebatuan di wilayah tersebut berumur Miosen Akhir (Upper Miocene) atau sekitar 5-10 juta tahun yang lalu. Penyebarannya pun tidak luas dengan dimensi lebar singkapan sekitar 7 meter dan tinggi singkapan sekitar 15 meter berada dia antara punggungan Gunung Cendana di mana masyarakat sekitar menyebutnya Gunung Padang," ungkapnya.

Selain itu di daerah tersebut terdapat patahan diantara Gunung Bujalgunung dan Gunung Cendana. Indikasi lainnya yakni zona struktur disekitar lokasi penelitian dengan dijumpai adanya mata air dibagian timur dari "Situs Bebatuan Pabahanan" yang terefleksikan dalam aliran sungai Cahuripan.

Asumsi yang diperoleh dari penelitian singkat ini bahwa faktor geologi, kontrol litologi dan struktur geologi merupakan pokok bahasan penting dalam wilayah ini yang memang sangat berperan dalam pembentukan fenomena "Situs Batu Pabahanan" dan merupakan proses alamiah (tektonik, struktur, litostratigrafi, exsogenic features) yang memang benar-benar terjadi.

(arb/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads