Hal ini diakui konsultan perencana proyek Hambalang, Imanul Aziz, saat dicecar Panitia Kerja Evaluasi Proyek Hambalang Komisi Pendidikan dan Olahraga Dewan Perwakilan Rakyat saat mengunjungi proyek tersebut, Selasa (29/5/2012) kemarin. Pada saat yang sama Harian Detik juga sedang berada di lokasi proyek Hambalang yang sebelumnya cukup sulit ditembus wartawan ini.
"Ada spot dari (total) 31 hektare, mungkin 1.000 meter persegi ada yang lemah. Kami tidak bisa mengelak dari (kondisi) itu," ujarnya saat menemui para anggota Dewan di kantor konsultan proyek Hambalang. Kontraktor proyek berbiaya Rp 1,2 triliun itu adalah PT Adhi Karya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Azis, tanah jenis ini memiliki ciri khusus apabila terkena hujan. Air hujan akan menerobos masuk hingga 1-2 meter dan, saat air menyentuh lapisan lempung, tanah akan mengembang dan membahayakan bangunan material di atasnya. "Sementara itu, saat panas, tanah akan menyusut. Itu yang terjadi."
Hal itu diketahui setelah pihaknya mengupas tanah di beberapa tempat, dan menemukan kandungan lempung yang ekspansif. Namun ia berdalih telah mengantisipasinya dengan memasang turap (beronjong) di zona paling bawah proyek Hambalang, yakni lokasi gedung power house yang tanahnya ambles.
Drainase atau saluran air dalam tanah juga telah dibuat di bawah setiap gedung. Namun, ia beralasan, posisi rumah genset yang ambles berada paling bawah. "Airnya berkumpul di sini. Inilah yang merusak tanah," ucapnya.
Anggota Panitia Kerja Proyek Hambalang, Zulfadli, mengatakan faktor alam dan cuaca seharusnya menjadi indikator utama dalam perencanaan proyek. Apalagi di wilayah Bogor kerap turun hujan serta banyak petir. "Semestinya bisa memberikan rekomendasi bahwa lokasi ini tidak layak untuk dibangun gedung-gedung," kata politikus Partai Golkar ini.
Dedi Gumilar, anggota Panitia Kerja lainnya, menambahkan rekomendasi sejumlah institusi untuk membangun kompleks olahraga di wilayah perbukitan Kabupaten Bogor dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut itu tidak valid dan tidak ideal. "Maka, ketika rekomendasinya tidak ideal, hasilnya ya seperti kita saksikan saat ini," ujar pria yang akrab disapa Miing itu.
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu juga mempertanyakan, jika tanah di bagian bawah saja ambles, bagaimana dengan gedung wisma atlet di atasnya, yang memiliki kemiringan tanah 50 derajat. "Saya khawatir sekian bulan atau sekian tahun ke depan bangunan besar di atasnya juga akan mengalami kasus yang sama," tuturnya. Ia meminta kemungkinan tersebut diantisipasi secara teknis. "Bukan karena ada peristiwa runtuhnya rumah genset ini saja, tapi semua gedung."
Konsultan manajemen konstruksi proyek Hambalang dari PT Ciriajasa, E. Ginting, membantah melakukan kesalahan dalam perencanaan. Tahapan penelitian sudah dilalui. "Melihat sudut tanah sudah kami lakukan. Atas dasar itulah dilakukan penempatan bangunan genset dan bulu tangkis. Jadi, dari segi penelitian, sudah layak," katanya. Namun Ginting mengakui amblesnya tanah pada rumah genset dan gedung bulu tangkis di luar perkiraan.
Berita kasus Hambalang bisa dibaca lebih lengkap disertai dengan info-info grafis di: hariandetik.com
(asy/asy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini