"Ini bukan masalah setuju atau tidak setuju, saya tidak menyalahkan orang yang menginginkan figurnya yang memang mumpuni. Saya sebagai mantan stafnya tahu betul Ibu Ani itu tidak berambisi, dan tidak berniat untuk maju," kata Nurhayati kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (25/5/2012).
Dia yakin restu SBY bukan masalah utama. Tapi kesadaran seorang Ani yang ingin membesarkan anaknya dan menjadi Ibu Negara yang baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia melihat sosok Ani sangatlah penyayang. Dia juga merasakan kesedihan kala itu Agus, anak pertama SBY, akan dikirim ke Lebanon. Ani juga pernah menolak dibuatkan buku, takut dikira semangat nyapres.
"Yang saya tahu keluarga Ibu Ani sangat demokratis, jadi saya yakin tidak ada karena keluarga menolak. Karena dari pribadi Bu Ani benar-benar tidak ingin maju. Saya mendampingi ibu Ani, saya sampai nangis saat Mas Agus dikirim ke Lebanon, dan Ibu Ani begitu tegar membesarkan hati Mas Agus. Saya ingin membuat buku tentang Bu Ani tapi dilarang Bu Ani karena nanti dikira Ibu mau nyapres. Kegiatan sosial yang dilakukan semua itu hanya untuk mendukung kepimpinanan Bapak SBY," katanya.
Dia meyakini tak ada sama sekali testing the water menyangkut popularitas Ani. Aksi sosial Ani, menurut dia hanya dilakukan sebagai pendamping presiden.
"Sepengetahuan saya tidak ada, kalau saya pribadi menganggap itu tidak baik soal testing the water. Saya sempat tanya ke Bu Melanie, saya ditanya wartawan soal calon presiden Demokrat saya jawab Bu Ani, itu hanya jawaban spontan. Semua kan bisa menjawab ada dipikiran mereka. Kalau testing the water itu tidak ada, hanya kekaguman mereka atas sosok Bu Ani. Saya selalu katakan kepada kader bahwa loyalitas kita harus pada dewan pembina, kalau belum ada keputusan soal capres ya diam saja jangan menyebarkan isu. Kita suka dipanggil ke Cikeas, diminta tidak banyak mengumbar," tandasnya.
(van/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini