Manusia Atlantis Hanya Mitos, Siapa Pembangun Situs Gunung Padang?

Manusia Atlantis Hanya Mitos, Siapa Pembangun Situs Gunung Padang?

- detikNews
Senin, 21 Mei 2012 10:58 WIB
Jakarta - Manusia Atlantis dan piramida sempat dikait-kaitkan dengan Situs Gunung Padang, Cianjur. Tapi soal Atlantis dan piramida itu tegas ditepis Ketua Masyarakat Sejarawan Jawa Barat, Nina Herlina. Dia yakin, situs Gunung Padang merupakan situs megalitikum berupa punden berundak seperti halnya di wilayah lain di Nusantara.

"Kalau soal Atlantis itu mitos. Buku soal Atlantis itu pun perlu penelitian," kata Nina yang juga Guru Besar Sejarah Unpad saat berbincang, Senin (21/5/2012).

Nina menjelaskan, Indonesia tidak mengenal budaya piramida. Namun soal punden berundak ini, memang sudah ciri di Indonesia. Di Situs Lebak Sibedug, Banten pun ada punden berundak seperti halnya di Situs Gunung Padang. Punden berundak itu batu alam yang diatur di sebuah bukit dan menjadi tempat pemujaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau ada situs, ada tinggalan arkeologi di lokasi sekitar, pasti ada peradaban masyarakat pra sejarah," imbuh Nina.

Untuk membangun situs Gunung Padang yang besar itu tentu membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Tapi tidak lantas kemudian bisa dipastikan ada ribuan orang yang terlibat, diperlukan penelitian.

Nina merujuk kepada sensus yang dilakukan Letnan Gubernur Rafles pada 1815. Di kawasan Cianjur terdapar 522 desa dengan jumlah penduduk 35.234. Lalu bagaimana dengan di masa pra sejarah?

"Dari gambaran itu, terlihat penduduknya di Cianjur tidak banyak. Di masa pra sejarah mungkin hanya seratus orang. Dan juga di masa pra sejarah, penduduknya kan juga berpindah-pindah," terangnya.

Nah, untuk situs punden berundak itu, Nina menganalisa bahwa penduduk sekitar memanfaatkan kontur alam. Di lokasi yang perbukitan banyak ditemukan bebatuan, kemudian mereka tinggal menatanya. Bagaimana caranya, itu yang perlu diselidiki.

"Jadi itu bukan seperti piramid yang dibangun," tegasnya.

Karenanya, selaku sejarawan di Jawa Barat, Nina berharap penelitian dan penggalian situs Gunung Padang dilakukan demi tujuan ilmiah. Tidak ditunggangi kepentingan politik apapun. Pendanaan dan anggarannya juga harus jelas.

"Harus melibatkan semua ahli, sejarawan, arkeolog, geolog, termasuk ahli filologi yang mengetahui mengenai mitos dalam naskah kuno. Karena konteks gunung di mata masyarakat Indonesia adalah tempat yang suci," ungkapnya.

Penggalian situs Gunung Padang dilakukan mulai 15 Mei. Rencananya akan dilakukan hingga 30 Juni. Tim arkelolog sudah menemukan gerabah dan tembikar di sekitar kawasan itu.


(ndr/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads