"Untuk joy flight seharusnya mengambil rute Krakatau, melewati wilayah laut yang terang. Tapi ini melewati Pelabuhan Ratu, melewati wilayah pegunungan yang gelap," ujar pengamat penerbangan, Samudera Sukardi, saat dihubungi detikcom, Rabu (8/5/2012) malam.
Samudera menuturkan, joy flight atau penerbangan demonstrasi biasa dilakukan di atas wilayah laut yang terang. Baik pesawat jenis besar, sedang, hingga kecil, seperti Bombardier dan Cessna Caravan, selalu melintasi wilayah laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Samudera memperkirakan, penyebab hilang kontaknya pesawat Superjet 100 tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh kondisi alam dan cuaca yang tidak baik. Permintaan pesawat tersebut untuk menurunkan ketinggian dari 10.000 kaki ke ketinggian 6.000 kaki, bisa jadi disebabkan oleh kondisi cuaca yang terlalu gelap sehingga jarak pandang terbatas.
"Tadi katanya pihak Halim sudah kasih tahu bahwa ada cuaca buruk, hujan berat di daerah tersebut," terangnya.
Menurut analisis Samudera, pesawat Sukhoi Superjet 100 ini tergolong memiliki teknologi yang sama mumpuninya dengan pesawat lainnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya sertifikasi dari Aviasi Eropa.
"Dari sisi teknologi saya rasa tidak. Penyebab kecelakaan ada 3 unsur, yaitu pertama, kondisi pesawat atau teknologinya; kedua, faktor manusia atau pilot; ketiga, faktor infrastruktur atau faktor alam dan cuaca. Kalau menurut perkiraan saya, lebih yang ketiga," tandasnya.
(nvc/fjp)