Syafii Maarif: Tak Haus Kekuasaan, Ainun Habibie Ibu Negara Terbaik

Syafii Maarif: Tak Haus Kekuasaan, Ainun Habibie Ibu Negara Terbaik

- detikNews
Kamis, 19 Apr 2012 23:03 WIB
Jakarta - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif menilai mendiang Ainun Habibie sebagai ibu negara terbaik. Ainun dinilainya tidak haus kekuasaan.

"Dari sekian ibu negara, Ainun adalah puncaknya. Dia tidak haus kekuasaan, tidak pernah mencampuri urusan suaminya, selalu mendukung suaminya. Terbaik dari segi moral dan intelektual," tegas Syafii Maarif.

Hal itu disampaikan Syafii Maarif dalam peluncuran dan diskusi buku 'Ainun Habibie. Kenangan Tak Terlupakan di Mata Orang-orang terdekat' di Gedung PP Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Kamis (19/4/2011).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kultur politik sekarang yang menurut Syafii 'kumuh', Ainun bisa menjadi teladan.

"Koruptor-koruptor itu kan sekarang karena istrinya," sindir Syafii.

Ainun sebagai istri Presiden BJ Habibie yang pertanggungjawabannya ditolak MPR saat itu, bisa menguatkan sang suami. Padahal, saat itu banyak sekali yang mencerca Habibie.

"Coba saat rupiah terjun bebas dari 1 Dolar, Rp1 7 ribu, Habibie memperbaiki sampai Rp 9 ribu. Tapi tidak ada yang mengapresiasi ya. Dianggap antek Soeharto. Aduh. Makanya, jangan salah pilih lagi lah. Jadi Presiden itu berani mati nggak? Kalau hanya jual tampang ya repot itu," jelas Syafii.

Sementara keponakan BJ Habibie yang hadir, Adrie Subono menceritakan detik-detik pertanggungjawaban Habibie ditolak MPR. Betapa Ainun percaya pada Habibie dan sama sekali tak ada beban.

"Bapak dan ibu terimanya dengan ikhlas. Padahal baru menjabat presiden pulangnya selalu malam, kerja sampai malam di depan komputer kadang-kadang. Saat pulang (dari MPR) ya biasa saja, seperti nggak ada beban. Pasti sukses seorang suami tidak lepas dari dukungan istri," jelas promotor musik ini.

Sementara sang penulis buku, Abdul Makmur Makka melihat Ainun, sebagai ibu negara tidak ingin mencampuri urusan suaminya dalam mengatur negara saat itu.

Usai pertanggungjawaban Habibie sebagai Presiden saat itu ditolak MPR yang disiarkan langsung di TV, Ainun bertanya pada Habibie sepulang dari MPR.

"Bagaimana Pak, apa keputusannya?" tanya Ainun yang ditirukan Makmur.

"Saya tidak akan maju lagi. Bagaimana mungkin harus maju kalau orang biru dibilang merah. Merah dibilang kuning," jawab Habibie seperti dituturkan Makka.

"Ya kalau itu pilihan Bapak, kami ikut," respons Ainun.

Buku ini setebal 170 halaman yang mengisahkan Ainun Habibie. Kendati Makmur Makka yang menulis dan menyusun buku ini, dalam buku ada 7 kontributor yang menyumbangkan ceritanya.

7 Kontributor itu adalah, sang suami, BJ Habibie, penulis buku sendiri A Makmur Makka, eks Mendikbud Wardiman Djojonegoro, Direktur Eksekutif Habibie Center, Ahmad Watik Pratiknya, serta 3 jurnalis, Rosihan Anwar, Miranti Soetjipto-Hirschmann dan Toeti Adhitama.

(nwk/van)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads