"Itu bukan petugas kebersihan tapi petugas Sudin PU Tata Air Jakarta Selatan," ujar Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Eko Bharuna, dalam pesan singkat kepada detikcom, Selasa (10/4/2012).
Menurut informasi yang didapat Eko, Ebon sesaat sebelum mengalami musibah itu sedang menggali dan membersihkan saluran. "Ternyata kena kabel listrik bawah tanah," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aktivis Komunitas Pejalan Kaki (KPK), Anthony Ladjar, mengingatkan agar hak Ebon tidak terabaikan. Dirinya bersiap menelusuri siapa yang berwenang memberikan hak Ebon.
"Dia harus mendapatkan haknya, termasuk keluarganya. Sebab dia meninggal saat bertugas," ucap Anthony.
Dia menuturkan JPO yang ada sekarang ini tidak nyaman dan mendiskriminasi pejalan kaki. Sebab pejalan kaki harus naik turun jembatan penyeberangan untuk menyeberang. Padahal pengguna jalan lain seperti pengemudi mobil dan sepeda motor bisa bebas melintas tanpa hambatan.
"Kalau memang peduli pada pejalan kaki, ubahlan JPO menjadi zebra cross, jadi pejalan kaki diprioritaskan. Kami kan tidak mengeluarkan polusi, sedangkan mereka yang mengeluarkan polusi bisa lancar-lancar saja. Sudah susah trotoarnya, menyeberangnya juga," keluh Anthony.
M Ebon (21) tewas akibat tersetrum aliran listrik di JPO. Ebon tewas setelah memegang besi pegangan jembatan itu. Kanit Reskrim Polsek Mampang AKP Nurdin mengatakan, pada Senin (9/4) kemarin Ebon sedang membersihkan gorong-gorong di lokasi itu. Kemudian dia istirahat sebentar di dekat jembatan penyeberangan itu.
"Pas istirahat dia memegang besi jembatan itu lalu kesetrum," kata Nurdin.
Menurut Nurdin, aliran listrik yang mengenai Ebon muncul akibat korsleting listrik di bawah tanah. "Kemarin sudah diperbaiki," katanya.
Selama perbaikan instalasi listrik di bawah tanah itu, petugas menjaga jembatan agar tidak ada yang menyentuh atau lewat. Hari ini, jembatan itu telah aman dari aliran listrik. "Sudah aman, sudah benar," katanya.
Sementara itu, PLN mengirimkan tim untuk menginvestigasi insiden itu.
(vit/nwk)