"Survei itu mengatakan kalau Pemilu diselenggarakan waktu survei itu. Padahal pemungutan suara tanggal 11 Juli, jadi pilihan warga pasti berubah," kata Hidayat saat dihubungi detikcom, Minggu (8/4/2012).
Menurut Hidayat, hasil survei tidak jadi patokan pemilih nantinya. Alasannya, kegagalan Foke menata Jakarta akan jadi pertimbangan bagi publik untuk memilih calon lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anggota Komisi I DPR ini juga mengkritik hasil survei LSI yang menyimpulkan Foke akan mulus menang satu putaran. Hidayat yakin Pilkada akan berlangsung dua putaran.
"Lembaga survei tidak boleh mensabotese penggiringan opini publik kepada salah satu calon, seolah-olah Pilkada sudah selesai. Kita harus yakin menangkan Pilkada, okelah Foke punya angka bagus, tapi bukan berarti dia melenggang satu putaran," imbuhnya.
Hingga saat ini, Hidayat meyakini akan lolos ke putaran kedua dengan modal mesin politik PKS. Tak hanya itu, Hidayat berpendapat warga Jakarta kini lebih memilih calon baru ketimbang incumbent yang masih menyisakan banyak pekerjaan rumah.
"Pemilih PKS sangat loyal, kami yakin lolos ke putaran kedua," ujar dia.
Hasil survei LSI menempatkan pasangan Foke-Nachrowi di urutan pertama dengan 49,1 persen suara, pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyusul di posisi kedua dengan 14,4 persen suara. Posisi ketiga ditempati pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik Rachbini dengan 8,3 persen suara.
Berturut-turut di posisi keempat hingga keenam, pasangan Faisal Basri-Biem Benjamin (5,8 persen), Alex Noerdin-Nono Sampono (3,9 persen) dan Hendardji Soepandji-A Riza Patria yang hanya mendapat 1,2 persen.
Penjaringan responden menggunakan metode multi random sampling, didapatkan 440 responden di DKI Jakarta dengan pengumpulan data melalui kuesioner.
Kepada responden, LSI menanyakan pilihan terhadap enam pasangan bakal cagub dan cawagub bila pemungutan suara dilakukan saat itu juga ketika pengumpulan data dilakukan.
(fdn/nrl)