"Ada kecenderungan kenaikan di sejumlah provinsi seperti di Kepulauan Riau, Jakarta, Sulawesi Selatan," kata Plt Deputi Pemberantasan BNN, Brigjen Pol Benny Joshua Mamoto, saat jumpa pers di Polresta Balerang, Jl Jenderal Sudirman, Batam, Kamis (5/4/2012).
Benny tidak menyebut secara rinci berapa jumlah kenaikan peredaran narkotika di beberapa wilayah tersebut. Namun, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Polda setempat agar berupaya menekan angka peredaran tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, Riau dan Kepri merupakan kawasan transit para bandar narkoba untuk kemudian memasoknya ke sejumlah wilayah yang ada di Indoensia. Salah satunya adalah di Pulau Jawa termasuk Jakarta. Tentunya dalam setiap operasi diharapkan dapat memutus mata rantai peredaran narkotika.
"Komitmen kami adalah memutus jaringan sindikat peredaran narkotika," papar Benny.
Diakui Benny, wilayah perbatasan terutama perbatasan perairan, adalah sasaran mudah bagi para bandar untuk menyelundupkan narkoba ke Indonesia. Bandar memanfaatkan lemahnya pengawasan dari otoritas negara dalam mengawasi wilayah perairan.
"Jumlah patroli kita terbatas, sehingga sindikat melihat ini adalah peluang," jelas Benny.
Dia mencontohkan jarak antara Malaysia dengan Batam yang hanya menempuh waktu 45 menit dengan menggunakan speed boat.
"Mereka hanya membutuhkan waktu 45 menit untuk mengantarkan barang (narkoba), setelah itu mereka kembali lagi," jelasnya.
Sebelumnya, BNN dan Polda Kepri menangkap 4 tersangka peredaran sabu di Kepri. Sebanyak 6,2 kilogram sabu yang ditaksir bernilai Rp 12 miliar disita sebagai barang bukti dari para tersangka.
4 tersangka tersebut berperan sebagai 'petugas lapangan'. Sementara pengendali sekaligus barang haram didapatkan di Malaysia.
(ahy/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini