Bom Marriott, Setahun Lalu
Kamis, 05 Agu 2004 06:00 WIB
Jakarta - Pukul 12.30 WIB, 5 Agustus 2003. Ledakan dahsyat menggelegar menggoncang Jakarta. Bangunan Hotel Marriott pun porak poranda. Juga bangunan di sekitarnya. Tindakan biadab itu telah satu tahun berlalu.Hotel Marriott ini terletak di kawasan Mega Kuningan, Jl. HR Rasuna Said, Jakarta Selatan. Suatu kawasan yang biasanya dipadati oleh para ekspatriat. Raungan sirine mobil ambulans dan mobil pemadam kebakaran lalu lalang menuju dan meninggalkan hotel, tempat mangkal favorit warga asing itu.Ledakan itu berasal dari bom yang mirip dengan bom Bali. seluruh kaca di depan Hotel Marriot hancur berantakan. Api terlihat menjilat. Bagian depan lobi hotel bintang lima ini tampak hancur lebur.Ledakan itu terdengar sampai di dekat kantor WTC yang berjarak sekitar 1 Km. Bahkan, ledakan itu terdengar hingga gedung Elektrindo yang jaraknya sekitar 3 Km.Sedangkan gedung gedung di sekitar Marriott, gedung Plasa Mutiara juga mengalami kerusakan parah di sayap bagian kan hingga ke atas. Seluruh kaca kaca di Plasa Mutiara hancur berantakan. Di depan Plasa Mutiara pula setidaknya ada 6 mobil yang terbakar. Sedangkan di Menara Rajawali kerusakan juga terjadi, meski tidak separah Marriot ataupun Plasa Mutiara.Siapa pun yang mengingat kasus peledakan bom itu, pasti akan trenyuh. Korban-korban tidak berdosa bergelimpangan. Bersimbah darah. Wajah-wajah bingung tampak jelas saat itu. Panik. Teriakan tolong begitu terdengar keras.Ya, manusia-manusia tidak berdosa menjadi korban. Sebagian dari mereka adalah kaum kecil, sopir taksi dan satpam. Jumlah korban tewas mencapai 11 orang, salah satunya warga Belanda dan 147 mengalami luka.Kesebelas korban tewas itu adalah Syamsudin (security Marriott), Slamet Heryanto (security Marriott), Miftah Tobiin (sopir taksi), Eyo Zakaria (sopir taksi Silver Bird), Rudi Laksono (sopir taksi), Harna, Hans Winkelmolen (WN Belanda), Hidayat (sopir taksi), Johanes Bolang (sopir pribadi), Ahmad Sumarna (sopir Silver Bird), dan Edi Haryanto (sopir Blue Bird).Dari korban tewas, 10 orang langsung meninggal di lokasi kejadian. Tubuh mereka sulit dikenali lagi. Sebagian dari mereka tubuhnya hangus terbakar. Sementara Edi Haryanto tewas setelah lima hari dirawat. Edi mengalami luka bakar hampir delapan puluh persen.Kini, 5 Agustus Kelabu itu sudah setahun berlalu. Hotel Marriott kini telah berdiri megah lagi dengan wajah yang lebih cantik. Pengamanan di hotel itu pun diperketat. Namun, dari penelusuran detikcom, Kamis (5/8/2004), tidak ada acara khusus yang digelar untuk mengenang para korban bom itu. Sulit rasanya untuk menghapus kepedihan atas tindakan keji yang dilakukan orang tidak bertanggung jawab itu. Terutama dari pihak keluarga korban. Berbagai kecaman dari semua pihak, termasuk kaum agawaman dan dunia internasional. Jangan sampai kekejaman atas kemanusiaan ini terulang lagi.Pelaku pemboman telah terkuak. Polri telah mengungkap bahwa pelakunya merupakan jaringan yang sama dengan pelaku bom Bali. Eksekutornya adalah Asmar Latin Sani yang turut tewas dalam peledakan itu. Kepala Asmar ditemukan terlepas dari tubuhnya di lantai 9 hotel Marriott.Sejumlah orang yang diduga terlibat dalam kasus pemboman ini juga telah ditangkap. Ada Tohir, Ismail, M Rais, dan lain-lain. Sebagian dari mereka masih dalam proses persidangan. Salah seorang pelaku, Ismail dalam sidangnya beberapa waktu lalu mengungkap penyesalannya atas pengeboman itu.Sayang, sang arsitek peledakan, Noordin Moh Top dan Dr Azahari, yang kedua-duanya warga Malaysia, belum tertangkap. Polisi sempat akan menangkap keduanya di Bandung beberapa waktu silam, namun keduanya berhasil lolos.Polri masih memburu Noordin dan Azahari yang kini belum diketahui di mana rimbanya. Atas belum tertangkapnya dua gembong peledakan bom itu, Polri meminta masyarakat tetap waspada, karena ancaman terorisme masih berpeluang terjadi.Semoga pelaku peledakan bom itu sadar dan tidak mengulangi perbuatan kejinya lagi dan mau bertanggung jawab. Nyawa seorang manusia sungguhlah teramat mahal. Mudah-mudahan tindakan terorisme berakhir dan kedamaian tetap tercipta selamanya.
(gtp/)