China Town ala Pekanbaru sudah dirancang berada di Jl Karet sebagai awal pusat perniagaan sebelum kemerdekaan. Letak Jl Karet yang berada di Kecamatan Senapelan, Pekanbaru ini, kini merupakan kawasan ruko tua yang berjejer sepanjang sekitar 100 meter.
Lokasi jalan ini sangat dekat dengan Pasar Bawah atau Pasar Wisata sebagai salah satu kebanggaan pusat perbelanjaan barang-barang luar negeri. Beranjak dari sejarah panjang, kawasan Jl Karet yang banyak dihuni keturunan Tionghoa ini, dulunya sebagai pusat perbelanjaan masyarakat Pekanbaru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita tidak menggunakan istilah China Town. Tapi kami lebih senang menyebutkan sebagai kampung Melayu Tionghoa. Kami tetap ingin menyesuaikan dengan kebudayaan dan tata karma di Bumi Melayu Riau ini," kata Dewan Pembina, Ikatan Keluarga Tionghoa Pekanbaru, (IKTP) Sidarta dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (19/1/2012).
Pemkot Pekanbaru sendiri sudah menyetujui kawasan tersebut dijadikan kawasan Kampung Melayu Tionghoa itu. Hanya saja sampai saat ini, pencanangan sejak tahun 2009 lalu belum juga terwujud.
Kendati Pemkot terkesan lamban, masyarakat Tionghoa Pekanbaru dengan setapak-demi setapak terus berbenah untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai kampung Melayu Tionghoa. Sederatan Rumah Toko (ruko), kini sudah mulai disulap dengan cat-cat ruko yang mencolok. Menjelang Imlek tahun ini, di sana sudah diramaikan 1.000 lampu lampion yang bergelantungan di atas badan jalan tersebut menyambut imlek.
Keluarga besar IKTP kini mencoba untuk menyulap kawasan itu sebagai salah satu objek wisata kuliner serta cagar budaya kota Pekanbaru zaman tempo dulu. Kini sebagian teras-teras ruko, lantainya sudah dikeramik. Ruko yang rata-rata berlantai dua itu, kini sudah mulai terpasang bilbord para sponsor, ada sponsor bank, ada juga rokok.
"Kita sudah rencanakan, kawasan Jl Karet ini akan kita jadikan wisata kuliner yang tersedia berbagai macam makanan dan minuman. Hanya saja obyek wisata kuliner ini hanya akan buka mulai jam 6 sore sampai malam. Sehingga siang harinya, aktivitas di kawasan ini bisa kembali normal sebagaimana biasanya," kata Sidarta.
Nantinya jajanan yang disajikan tidaklah berada di dalam ruko. Para konsumen yang akan menikmati malam di Pekanbaru, disajikan tempat duduk di luar ruko. Sehingga malam hari, Jl Karet nantinya berjubel sebagai pusat jajanan malam di Pekanbaru.
"Selama inikan, konsumen kalau mau menikmati makanan selalu duduk di dalam ruko. Sedangkan di Kampung Tionghoa nantinya, masyarakat dapat menikmati wisata kuliner di ruang terbuka tepatnya berada badan jalan Karet," kata Sidarta.
Sekali pun Pemkot Pekanbaru terkesan lamban untuk membangun perkampungan Tionghoa itu, namun IKTP tetap berjalan. Saat ini mereka telah merancang dua buah gapura. Gapura pertama dibangun pintu masuk dari Jl Juanda dan Gapura kedua dibangun pintu masuk dari Jl Syamratulangi. Motif gapura ini tentunya bergaya arstektur China.
"Kita sudah merancangnya, dan kita akan segera bangun kedua gapura itu. Kini ingin segera mewujudkan kawasan Jl Karet salah satu objek wisata kuliner malam hari di Pekanbaru," ujar Sidarta.
(cha/anw)