AAA Tak Diterima Sekolah karena Nilai Rata-rata Kurang

AAA Tak Diterima Sekolah karena Nilai Rata-rata Kurang

- detikNews
Selasa, 10 Jan 2012 19:51 WIB
Jakarta - Keluarga menduga SMP Islam Terpadu Pesantren Nururrahman Depok tidak mau menerima AAA sebagai siswi pindahan karena ayahnya sudah meninggal. Ternyata bukan itu alasan penolakan sekolah, melainkan karena nilai rata-rata AAA yang kurang.

"Ini terjadi miskomunikasi. Kami belum pernah menolak murid karena tidak punya ayah atau tidak punya biaya sekolah. Sekolah swasta punya standar untuk melakukan tes. Kami sudah tidak menerima siswa terkait bukan karena tidak memiliki ayah, tapi karena hasil tesnya tidak memenuhi," ujar Wakil Kepala Sekolah SMP IT Pesantren Nururrahman Depok, Fauzan, saat dikonfirmasi detikcom, Selasa (10/1/2012).

Dia menjelaskan pihak sekolah baru memberi tahu keluarga AAA pada Sabtu 7 Januari alias 2 hari sebelum hari masuk sekolah bukan tanpa alasan. Sebab ada satu nilai tes masuk murid pindahan yang belum diproses. Kebetulan yang mengerjakan penilaian itu adalah guru honorer.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sudah menelepon ke Ibu Ina (ibunda AAA) pada Sabtu 7 Januari pukul 09.00 WIB dan menyampaikan maaf karena belum bisa mengumumkan karena masih kurang 1 mata pelajaran. Dia (guru yang bersangkutan) lalu menyelesaikan itu saat Zuhur. Ketika hasil keluar lalu diumumkan," terang Fauzan.

Menurut dia, ketika Ina menyinggung soal permintaan keringanan keuangan, bahkan pihak sekolah bersedia membicarakannya. Keputusan akhir diluluskan tidaknya permintaan keringanan biaya adalah tergantung kepala sekolah setelah sebelumnya melakukan diskusi internal.

Dijelaskan dia, di sekolah itu ada beberapa anak yatim yang mendapat keringanan pembiayaan. Keringanan pembiayaan sekolah ini beragam, ada yang diringankan uang masuk sekolahnya ataupun SPP. Besaran keringanan ini tergantung wawancara dengan orang tua untuk mengetahui sejauh mana kemampuannya.

"Kalau faktanya kami sampai menolak anak yatim, tentu kami nggak akan dapat berkah. Ini sekolah Islam, naudzubillah kami tega menolak anak yatim yang memang memenuhi syarat untuk bisa sekolah di sini," papar Ketua Panitia Penerimaan Siswa Baru SMP IT tersebut.

Soal AAA yang sempat diukur badannya untuk baju seragam, hal itu terjadi secara kebetulan. Kebetulan saat AAA dan ibunya datang ke sekolah, tukang jahit seragam sekolah itu akan mengambil pesanan di sekolah itu.

"Lalu sekolah meminta AAA untuk diukur seragamnya agar menghemat waktu saat sudah diterima di sini. Kami tidak sengaja memanggil tukang jahit. Ini hanya kebetulan saja dia datang sehingga langsung diukur," tutur Fauzan.

Dia menekankan penerimaan siswa pindahan ini tidak mendasarkan pada nilai siswa di sekolah yang lama. Sekolah ini memiliki tes tersendiri, dan bagi yang dinyatakan lulus harus memenuhi standar nilai yang telah ditentukan.

"Siswa tersebut akumulasi nilainya belum masuk standar kami. Fisikanya 36 dan kalau tidak salah Bahasa Inggris 46. Anak itu tidak ada yang bodoh, tapi memang tidak semua anak memenuhi syarat. Dalam kasus ini nilainya kurang," terang Fauzan.

Ketika Ina mengambil berkas anaknya sesaat setelah diberi tahu anaknya tidak lulus, dia tidak bertemu langsung dengan Fauzan. Karena kala itu Fauzan sedang ada rapat. Dengan begitu, Ina tidak mendapat informasi lebih lengkap dari Fauzan.

"Ketika orang tua belum puas, bagusnya datang ke sekolah. Kami ingin menjalin komunikasi. Saling mengenal dan silaturahmi itu kan bagus. Jangan sampai silaturahmi terputus karena anak tidak jadi sekolah di sini. Saya memahami emosi Ibu Ina dan kami juga mohon maaf," ucapnya.

Beberapa wartawan yang menjadi mediator kedua belah pihak pun telah diberikan informasi tentang kejadian yang sebenarnya versi sekolah. "Kalau kami perlu datang ke rumah dan menjelaskan akan kami lakukan. Kami sudah sampaikan permintaan maaf," kata Fauzan.

Sebelumnya AAA tidak diterima SMP IT Nururrahman. Pengumuman ketidaklulusan ini diterima keluarga dua hari sebelum hari masuk sekolah setelah libur semester. Keluarga terkejut karena saat ujian masuk pada Maret tahun lalu, dari 180 peserta AAA menduduki urutan 11. Ibunda AAA menyebut penolakan sekolah karena AAA tak lagi mempunyai ayah sehingga kesulitan dalam pembayaran sekolah. AAA akhirnya kembali ke sekolah lamanya, SMP Putra Bangsa untuk melanjutkan pendidikannya.

(vit/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads