Semarang - Lahan pertanian rawan dari serangan hama tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang Coklat (WBC) dan Tungro. Di Jateng, tikus merupakan wabah terpopuler dalam 6 bulan terakhir. Binatang itu menyerang hampir di 35 daerah di Jateng. Berdasarkan data Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Dinas Pertanian Jateng periode Januari-Juni 2004, tikus menyerang lahan seluas 16.617 Ha, penggerek batang (6.979 Ha), WBC (5.513 Ha) dan Tungro (946 Ha)."Tikus ada hampir di seluruh daerah di Jateng. Sebagai contoh, di Cilicap, binatang ini menyerang lahan seluas 902 Ha, Pekalongan (610 Ha) dan Kabupaten Semarang (559 Ha). Juga di puluhan daerah lainnya," ujar Kepala BPTPH Suhargiyantono ketika dihubungi
detikcom, Minggu (25/07/2004).Giyantono menambahkan Jateng termasuk daerah endemis tikus. Hal ini disebabkan tidak serempaknya masa tanam antar lahan, antar daerah sehingga tikus bisa bergerak dari lokasi panen ke tempat lainnya."Selain itu, varietas yang ditanam para petani cenderung disukai tikus. Misalnya, padi Rojo Lele, Mentik Wangi atau Cianjur. Menanam jenis ini, hasilnya dicari-cari konsumen. Sayangnya, tikus juga senang sekali dengan jenis ini," jelasnya. Untuk membasmi wabah tikus, lanjut dia, pihak BPTPH menggunakan berbagai cara. Selain pestisida, pihaknya juga menggunakan predator (ular),
Tito Alba (Burung Hantu) dan umpan. Namun karena tikus telah merajalela, keberadaanya sulit dimusnahkan.
Hama LainHama Penggerek batang menyerang sebagian besar lahan pertanian di Sragen (2.234 Ha), Pati (808 Ha), Karanganyar (621 Ha), Klaten (612 Ha) dan Sukoharjo (327 Ha). Daerah-daerah lainnya, hanya diserang dalam jumlah puluhan hektar saja.Sementara, serangan WBC di Sragen (1.825 Ha), Klaten (1560 Ha), Pekalongan (1.530 Ha) dan Batang (1.058 Ha). Sedangkan hama Tungro menyerang Klaten (163 Ha), Magelang (242 Ha) dan Batang (183 Ha).Meski demikian, Suhargiyantoro yakin produktivitas pertanian tetap terjaga.Pasalnya beberapa daerah telah lebih dulu panen sebelum diserang hama. Selain itu, serangan hama tersebut memang sudah menjadi siklus di Jateng. "Kecuali kalau hama-hama itu menyerang secara bersamaan di seluruh daerah," demikian Giyantono.
(rif/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini