Warga dusun yang letaknya berbatasan dengan Negeri Jiran ini hampir tiap hari berlalu lalang Indonesia-Malaysia. Tanpa paspor, tanpa pemeriksaan polisi Diraja Malaysia.
"Biasa saja. Polisi sana juga sudah tahu kita orang sini. Itu mereka santai-santai saja. Kita nggak ada paspor," kata Julkar (31), warga Camar Bulan, dalam perbincangan dengan detikcom di lokasi, Sabtu (7/1/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka juga gitu. Kita juga nggak ada penjagaan," ujarnya.
Detikcom yang ikut dengan rombongan Kemenko Kesra mendapat kesempatan masuk ke Kampung Melano, Malaysia. Perbatasan Indonesia-Malaysia hanya ditandai sebuah gapura kayu yang bertuliskan 'Selamat datang di Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas Kalimantan Barat Republik Indonesia'.
Setiap warga Malaysia yang hendak masuk ke Indonesia, bisa membaca tulisan tersebut. Perkampungan menuju perbatasan Malaysia ini pun banyak pemukiman rumah-rumah warga. Berbeda dengan jalan dari Dermaga Kampung Ceremai menuju Camar Bulan yang sangat susah ditemui rumah-rumah warga.
Jalan menuju Malaysia tak cuma dari jalur ini. Rombongan Kemenko Kesra juga sempat diajak warga Camar Bulan masuk melalui kebun-kebun dan hutan di perbatasan. Jalannya pun hanya setapak khusus sepeda motor dengan kondisi yang cukup licin. Namun jalan ini masih lebih baik dari jalanan yang dilewati rombongan Kemenko Kesra dari Dermaga Kampung Ceremai ke Camar Bulan.
Jarak dari perbatasan ke pemukiman warga di Kampung Melano kurang lebih 2 KM. Sebelum menemukan rumah warga, tampak ada pos penjagaan polisi Diraja Malaysia. Tak satu pun polisi kelihatan di pos berwarna biru itu. Tidak ada pemeriksaan sama sekali. Rombongan Kemenko Kesra pun terus berjalan.
Tak jauh, ada pos lagi bertuliskan "Pondok Polis Telok Melano Sarawak'. Di pos ini juga tak kelihatan satu petugas pun. Rumah-rumah warga di kampung ini sebenarnya tidak jauh berbeda dari rumah warga di Camar Bulan. Hanya saja sedikit lebih bersih.
Beberapa menit di Kampung Melano, rombongan Kemenko Kesra pun beranjak pulang. Rombongan berjalan melalui jalur kebun dan hutan di perbatasan. Tiba-tiba hujan deras mengguyur. Rombongan pun berteduh ke salah satu rumah warga Malaysia.
Di rumah ini tinggal seorang kakek dengan anak dan cucunya. Warga Camar Bulan yang ikut dengan rombongan Kemenko Kesra pun tampak akrab. Meski tak kenal dengan rombongan Kemenko Kesra yang diajak warga, kakek ini dengan ramahnya menyediakan kopi hangat. Kurang lebih 30 menit, hujan pun reda.
Rombongan dan warga kembali menumpangi sepeda motor dan keluar dari perbatasan. Saat hendak menuju perbatasan, baru tampak beberapa petugas polisi Diraja Malaysia di pos pertama. Mereka bukannya memeriksa warga yang hendak keluar dari negaranya, tapi malah sibuk menjemur pakaian.
(gus/vit)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini