Dari beberapa rentetan kejadian tersebut terdapat kesamaan modus yang dilakukan pelaku. Hal tersebut diakui oleh Polda Aceh yang menyatakan pelaku memiliki kesamaan pola aksi dalam menjalankan terornya.
"Ada beberapa kesamaan modus yang digunakan para pelaku dari berbagai kejadian penembakan di Aceh," kata Kabid Humas Polad Aceh Kombes Pol Gustav Leo, kepada detikcom, Senin (2/1/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pelaku juga tergolong nekat. Mereka menyasar korbannya yang berada di kerumunan orang. Dia mencontohkan penembakan yang terjadi lusa lalu di di Desa Sereuke Blok B RT 7, Kecamatan Langkahan Aceh Utara.
Pelaku yang diduga berjumlah 5 orang dan datang mengenakan motor itu tiba-tiba berhenti di sebuah warung kopi dan menanyakan alamat yang hendak dituju.
Dua orang langsung memberondong ke arah tamu warung kopi sebelum warga menjawab. Satu orang tewas dan seorang lainnya dalam kondisi kritis. Sebelum kabur pelaku sempat menembakan peluru dari senjata yang dicangkongnya ke arah rumah warga sekitar.
Kesamaan modus lainnya adalah peristiwa 4, 23, dan 31 Desember. Pelaku melakukan penyerangan di lokasi peristirahatan para karyawan perkebunan, perminyakan, dan telekomunikasi. Kawanan tersebut memberondong mes yang dihuni para karyawan perminyakan, (23/12), dan telekomunikasi (31/12).
Sementara penyerangan 4 Desember 2011 dilakukan di dalam barak yang dihuni pekerja perkebunan karet dan sawit. Sebelum memuntahkan butiran peluru, pelaku berpura-pura menanyakan KTP para penghuni barak dan kemudian menembakan senjatanya ke arah para pekerja. 3 orang tewas dalam serangan tersebut.
Tidak hanya itu, pelaku juga melakukan penyerangan dengan target perorangan, seperti dalam insiden 31 Desember 2011, seorang karyawan toko boneka di Jalan T Iskandar, Ule Kareng, Banda Aceh, ditembak orang tak dikenal. Korban langsung tewas seketika. Korban diketahui bernama Wagino (40), warga Lamtemen, Banda Aceh. Insiden terjadi sekitar pukul 20.50 WIB.
Sementara sebelumnya, penyerangan terjadi terhadap bos perkebunan sawit. Saat berkendara korban dipepet oleh dua orang yang berboncengan dengan sepeda motor dan ditodong senjata laras panjang. Beruntung, korban selamat dari penyerangan tersebut.
"Waktu yang digunakan rata-rata setelah Isya, sekitar jam 8 malam dan dini hari.Itu akan jadi perhatian kita untuk dianalisa dan pengembangan kasus," jelas Gustav.
Pihak kepolisian sendiri belum menemukan titik terang pelaku penembakan misterius tersebut. Meski momen Pilkada akan digelar di Aceh, pihaknya enggan berspekuasi bila kasus tersebut terkait hajat besar Provinsi NAD.
"Belum bisa dikaitkan kemanapun dari pelaku yang sudah tertangkap sebelumnya," papar Gustav.
Polda Aceh, jelas Gustav, berhasil menangkap 2 pelaku penembakan yang terjadi 23 Desember lalu. Menurutnya, berdasarkan keterangan pelaku motif penembakan dengan menyasar beberapa pekerja adalah murni kriminalitas.
Dia menambahkan, pengakuan pelaku atas motif aksi koboinya itu serupa dengan beberapa kasus penembakan yang telah berhasil terungkap di jajaran Polda Aceh.
"Rata-rata meminta dan mendapatkan upah," katanya.
Saat ini Polda Aceh masih melakukan penyisiran terkait peredaran senjata api yang ada di masyarakat. Kepolisian memprediksi angka kejahatan dengan menggunakan senjata api di Aceh masih akan mendominasi kawasan bekas konflik separatis tersebut. Menginggat masih ada senjata yang digunakan eksponen separatis yang belum diserahkan kepada polisi.
(ahy/van)