Terlihat seorang pria berambut ikal sebahu dengan kostum hitam-hitam sedang menabur bedak ke kain hitam ukuran 1 x 4 meter. Tak lama berselang, pria berambut ikal pun mengangkat guntingan kertas menyerupai tikus dari hamparan kain tadi.
Lalu, pola serupa tikus yang sudah berlumur bedak dan berjumlah 25 buah itu pun dibagi-bagikan ke pengunjung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tikus itu diumpamakan koruptor," kata Isa.
Alasan pemilihan warna hitam, menurut Isa, karena koruptor berasal dari kegelapan dan tidak ketauan. Dengan adanya KPK dan pegiat antikorupsi, koruptor itu diharapkan dapat terungkap.
"Karena itu tikus itu dibagikan guna mengingatkan pengunjung untuk memberantas korupsi," jelas Isa.
Acara tersebut dihadiri pula oleh Taufik Ismail, Slamet Raharjo, Arswendo, Sujiwotejo, dan budayawan lainnya.
"Sarasehan Budaya" merupakan acara sekumpulan budayawan yang menampilkan kreasi seni karya mereka. Kreasi seni yang ditampilkan merujuk pada tema antikorupsi.
"Kontribusi dari budayawan ini diharapkan mudah dicerna dan diingat oleh masyarakat," kata salah seorang panitia penyelenggara yang tidak ingin disebutkan namanya.
"Sarasehan Budaya" ini sekaligus menjadi penutup rangkaian acara peringatan Hari Antikorupsi yang diselenggarakan oleh KPK.
(van/van)