"Penolakan ini, mohon maaf, adalah akibat ketidaktahuan kami tentang HIV," ujar Pembina Yayasan Panca Dharma, Handi Pratama.
Permintaan maaf ini diumumkannya kepada wartawan seusai pertemuan mediasi antara pihak yayasan dengan orang tua Immi. Pertemuan yang difasilitasi oleh Komite Pengawasan AIDS Nasional dan DKI Jakarta itu berlangsung di Kantor Kemenko Kesra, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin (5/12/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, sebenarnya Immi telah lolos tahap seleksi awal penerimaan calon siswa baru di SD Don Bosco, Kelapa Gading, Jakarta Utara, untuk tahun ajaran 2012-2013. Pembatalan baru terjadi dalam seleksi berkas yang merupakan tahapan selanjutnya dari proses penerimaan.
"Pada saat itu ayah Immi mengaku positif HIV," papar Handi.
Terhadap pengakuan tersebut, menurutnya yayasan tidak mempermasalahkan sepanjang si calon murid dalam kondisi sehat. Untuk keperluan verifikasinya, maka diminta untuk melampirkan surat keterangan sehat dalam berkas pendaftaran Immi.
"Ini bukan diskriminasi pada awalnya, melainkan karena ada desakan dari orang tua calon murid lainnya. Karena ketidaktahuan kami tentang penularan HIV, kami lakukan penolakan," lanjutnya.
Orang tua Immi, FYS, menyambut baik permintaan maaf tersebut. Pengakuan bahwa dia merupakan pengidap HIV, merupakan bagian dari komitmennya untuk tidak menutupi keadaan dirinya.
"Saya hormat kepada Don Bosco yang telah mengakui kesalahannya, saya tidak mau perpanjang masalah. Intinya kembali ke misi awal bagaimana mengurangi diskriminasi terhadap anak-anak yang ortunya positiv HIV atau bila anak itu sendiri yang jadi pengidapnya," ujarnya.
Apakah Immi tetap akan bersekolah di SD Don Bosco, Kelapa Gading?
"Sejauh ini masih pertimbangan tetap atau tidak. Immi kelihatannya masih mau di Don Bosco. Kami sudah mendaftar ke sekolah lain sebagai alternatif, tapi belum ada keputusan diterima atau tidak," jawab FYS.
(lh/nvt)