SDN Mblongkeng Terancam Terjangan Banjir Lahar Dingin Merapi

SDN Mblongkeng Terancam Terjangan Banjir Lahar Dingin Merapi

- detikNews
Kamis, 01 Des 2011 17:01 WIB
Magelang - SDN Blongkeng 1 di Dusun Karangasem, Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, minta direlokasi. Sebab kondisi sekolah tersebut sangat kritis, hanya berjarak setengah meter dari tebing Kali Putih setinggi 30 meter. Jika tebing tersebut tergerus banjir lahar dingin maka dipastikan seluruh bangunan sekolah akan runtuh dan hanyut terbawa arus lahar.

Pernyataan itu disampaikan oleh Kepala SD Negeri Blongkeng Manduri Kamis (01/12/2011) saat ditemui detikcom di ruang kerjanya. Manduri menjelaskan sekolah yang terdiri dari enam ruang kelas, satu ruang guru dan kepala sekolah, sebuah rumah dinas, serta kamar mandi, dapur dan areal parkir dengan total seluas 1.560 meter persegi. Bangunan yang persis di bibir sungai adalah rumah dinas, kamar mandi, dapur dan areal parkir.

Kondisi sebagian bangunan tersebut kini telah retak karena tanah bergerak akibat banjir lahar. Banjir lahar dingin di Sungai Putih itu terus mengancam keberadaan
sekolah karena membuat tebing sungai yang sebelumnya landai menjadi terjal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kini yang membantu tebing itu tidak ambrol hanyalah rumpun pohon bambu yang sangat tidak kuat jika dihantam material bebatuan banjir lahar dingin. Setiap terjadi cuaca mendung dan atau terjadi hujan selalu membuat guru dan siswa was-was," jelas Maduri.

Maduri menceritakan jika terjadi banjir lahar saat jam sekolah, wali murid selalu mengambil anaknya, sehingga kadang terpaksa sekolah harus dipulangkan lebih awal.
Saat detikcom langsung melihat bagian belakang sekolah, jarak tembok sekolah dengan sungai hanya setengah meter bahkan ada yang nol meter. Tebing sungai kini sangat curam dan terjal sedalam 30 meter.

Manduri meminta supaya sekolah bisa direlokasi ke tempat lebih aman. Sayangnya, kendalanya tidak memiliki dana untuk menyediakan tanah kosong untuk sekolah baru.

"Kami sudah sambat dan ngasih data ke kecamatan kondisi sekolah ini. Namun untuk mengajukan proposal relokasi, kami terkendala tempat (tanah) yang harus disediakan. Kami sudah nego dengan pihak desa namun sudah tidak ada tanah bengkok yang strategis untuk sekolah baru," ujar Maduri.

Maduri berharap sekolahnya direlokasi ke wilayah timur Dusun Karangasem atau menjauh dari Sungai Putih. Namun tempat atau lahan kosongnya juga sekalian ditanggung pihak yang akan membantu relokasi tersebut.

Diharapkan hal ini dapat terealisasi secepatnya karena Desember akan merupakan puncak terjadinya hujan deras. Selain itu relokasi diharapkan juga tetap dilakukan di wilayah Karangasem.

"Hal itu agar tidak merepotkan para siswa nantinya, kalau terlalu jauh kasihan para siswa. Apalagi siswa kami yang berjumlah 110 orang itu tidak semua dari Blongkeng, tapi ada juga dari Desa Plosogede. Kami juga butuh bantuan Handy Talki (HT) sebagai alat komunikasi untuk memantau kondisi sungai," ungkap Maduri.

Guru kelas 5 SDN Blongkeng 1, Untati Suprihatin mengatakan, dirinya yang menempati rumah dinas selalu was-was kalau melihat terjadi hujan deras. Kadang ia ke luar jika takut ada banjir lahar dingin yang bisa menerjang dan menghanyutkan sekolah dan tempat tinggalnya itu.

Selain dirinya, ada seorang siswanya yaitu Rendi Santoso kelas 2 yang rumah sudah hanyut akibat banjir lahar yang ketiga kalinya pada Senin (28/11) lalu.

"Kini bersama keluarganya dia tinggal di tempat pengungsian balai desa. Seragam sekolah dan buku-bukunya kami beri lagi karena miliknya sudah turut hilang dibawa banjir. Namun sebenarnya, ada 11 siswa kami yang rumahnya hilang dan kini tinggal di huntara sejak pertama kali banjir lahar terjadi," jelas Untati.

(anw/anw)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads