Reporter detikcom mendatangi Aji Titin yang akrab disapa Titin, di kamar Asoka 2 di RS AM Parikesit, Selasa (28/11/2011) sekitar pukul 15.45 WITA sore. Di ruangan itu, Titin yang tengah menderita patah tulang punggung itu masih terbaring lemas di tempat tidurnya, ditemani Rendra Fadli (34) dan anak laki-lakinya berusia 7,5 tahun. Di tengah kondisi seperti itu, Titin masih bersedia berbagi cerita tentang musibah yang dialaminya, Sabtu (26/11/2011) lalu.
Diceritakan Titin, usai bekerja Sabtu (26/11/2011) lalu, sekitar pukul 15.00 WITA, perjalanan pulang menuju Tenggarong menggunakan kendaraan roda dua. Namun setelah beberapa meter memasuki jembatan menuju Tenggarong kota, tiba-tiba ambruk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sempat mendengar teriakan histeris orang-orang barengan waktu jembatan ambruk."
Di dalam sungai, rasa sakit menyerang sekujur badannya, terutama di bagian punggung belakang. Tidak hanya itu, Titin pun juga terserang sesak nafas di tengah derasnya arus sungai saat itu. Titin berjuang untuk sesekali mengambil nafas, muncul ke permukaan sungai untuk menghirup udara.
"Waktu itu saya lihat kalau saya sudah ada jauh dari jembatan. Saya berada tepat di tengah-tengah Sungai Mahakam, seperti terseret arus," ucap Titin.
"Di tengah-tengah sungai, saya pasrah karena saya sudah lelah. Saya memang tidak bisa berenang tapi saya berusaha sekuat tenaga sisa saya, menggerakkan kaki supaya bisa tetap sesekali menghirup udara," ujar Titin.
Kelelahan dan sesak nafas yang terus dideritanya, membuatnya semakin pasrah. Hanya doa yang bisa dipanjatkannya di tengah nyawanya yang terancam.
"Saya merasa memang di sini ajal saya. Saya pejamkan mata, saya mohon ampunan Allah SWT yang sebesar-besarnya," ucap Titin sambil menitikan air matanya.
"Saya terus menggerakan kaki saya. Saya merasa tidak banyak orang di luar sana yang tahu kalau saya seperti itu. La Ilaha Illallah, saya ucapkan berkali-kali," cerita Titin.
Namun belakangan, saat tangannya kembali berada di permukaan, tiba-tiba langsung disambar oleh seseorang pria paruh baya yang berada di atas perahu kayuh. Pria yang tidak dikenalnya itu, langsung berupaya menaikkannya ke atas perahu kayuhnya.
"Saya bilang ke Bapak itu, Bapak saya sakit Pak. Saya sakit Pak. Dijawabnya, iya Ibu, banyak-banyak istighfar ya," kata Titin seraya kembali menitikkan air matanya.
"Saya ucapkan Istighfar. Astaghfirullahal Adzim...Astaghfirullahal Adzim. Mohon ampun Ya Allah"
Setelah berada di atas perahu kayuh akhirnya Titin berada di perahu motor untuk dibawa ke dermaga dan selanjutnya dibawa ke RS AM Parikesit. Titin sendiri tercatat sebagai korban pertama kali masuk perawatan pasca ambruknya Jembatan Kutai Kartanegara.
"Allah masih memberikan kesempatan saya untuk menjalani hidup ini. Iya, Allah masih menghendaki saya. Alhamdulillah," tutup Titin.
(anw/anw)