Tasikmalaya - Inilah beberapa hal yang disorot para anggota
mustasyar PBNU saat melakukan pertemuan di Ponpes Cipasung Tasikmalaya. Tujuannya untuk menyelamatkan NU.Empat kiai senior hadir langsung dalam pertemuan itu. Mereka adalah KH Ilyas Ruchyiat sebagai tuan rumah, Ketua Dewan Syuro PKB Gus Dur, Tuan Guru H Turmudzi dari Bagu Mataram, dan KH Ayip Abdullah Abbas yang mewakili KH Abdullah Abbas dari Ponpes Buntet Cirebon.Dua
mustasyar lain, yaitu KH Abullah Faqih dari Langitan Tuban dan KH Sanusi Baco dari Sulsel menyatakan pendapatnya melalui telepon. Tiga
mustasyar lainnya, yakni KH Idris Marzuki dari Kediri tengah melakukan umrah, Syeih Muda Nasution dari Sumsel kondisinya tidak memungkinkan datang, dan KH Hidaroniy dari Kalsel tidak bisa dihubungi.Dalam edaran yang dibagi-bagikan kepada wartawan usai pertemuan, ada 3 hal yang mendasari diadakannya pertemuan
mustasyar itu.Pertama, kondisi perpolitikan nasional akhir-akhir ini. Terutama berkaitan dengan Pilpres 5 Juli 2004 telah cenderung membawa jajaran pengurus NU dari pusat (PBNU) hingga ranting menjadi mesin politik. Praktek-praktek yang menjadikan NU secara kelembagaan sebagai 'mesin politik' ini untuk mendukung dan menunjang kepentingan politik sebagian kalangan warga NU.Kedua, sikap yang telah diambil Syuriah PBNU dengan mengeluarkan
Qaraar tanggal 16 Mei 2004 di Rembang untuk menonaktifkan pengurus NU yang terlibat sebagai capres berikut tim kampanyenya mulai dari tingkat PB hingga ke ranting, ternyata sejauh ini belum dilaksanakan secara efektif. Mereka yang terlibat dalam proses dan kerja politik praktis ternyata masih bebas menggunakan fasilitas NU.Ketiga, sesuai dengan tanggung jawab dan tugas
mustasyar sebagaimana diatur dalam AD/ART NU, demi menjaga kemurnian
Khittah Nahdliyyah, maka
mustasyar berkewajiban memberikan nasihat dan arahan kepada PBNU berkaitan dengan berbagai upaya untuk menjadikan NU sebagai 'mesin politik' itu, serta perilaku-perilaku yang cenderung mengabaikan nilai-nilai
akhlaqul karimah.Usai pertemuan yang berlangsung dalam suasana hangat dan nonformal itu, dimunculkan dua pernyataan, yaitu untuk jangka pendek dan jangka panjang. Secara jangka pendek,
mustasyar meminta Syuriah PBNU untuk segera mengambil langkah penyelamatan terhadap NU secara struktural dengan mengimplementasikan
Qaraar.Ada beberapa cara yang disarankan, yaitu segera menonaktifkan anggota PBNU yang telah dan akan menjadi tim sukses dalam pemilihan presiden. Kedua, segera menghentikan penggunaan NU dan fasilitas ke-NU-an, seperti simbol-simbol NU untuk kepentingan politik praktis, khususnya dalam proses pemilihan presiden.Ketiga, membuat petunjuk pelaksaan yang rinci sehubungan dengan pelaksaan
Qaraar, guna pelaksanaan disiplin organisasi di tingkat Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, hingga level di bawahnya.Sedangkan untuk jangka panjangnya,
mustasyar meminta agar Syuriah PBNU menyiapkan amandemen AD/ART untuk mengatur secara tegas larangan pengurus NU yang terlibat dalam proses politik praktis. Mekanisme penghentian pengurus NU yang terlibat dalam proses politik praktis itu perlu agar ada kepastian hukum yang mengikat.
(sss/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini